Batik tulis dengan motif Tiga Penjuru yang menjadi simbol keberagaman karya pembatik asal Kota Singkawang, Priska Yeniriatno saat ini mulai diminati pelanggan bahkan bukan hanya lokal namun dari luar Provinsi Kalimantan Barat.
"Bersyukur kondisi penjualan batik kami mulai pulih dalam dua bulan terakhir setelah kasus COVID-19 mulai mereda. Menariknya untuk motif Tiga Penjuru ini suka dibeli dari pelanggan di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta dan lainnya. Saya juga heran," ujarnya saat di Singkawang, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa motif tiga penjuru yang menunjukkan tiga pintu masuk ke Singkawang dan sekaligus sebagai simbol keberagaman suku mulai Melayu, Tionghoa dan Dayak.
"Masing - masing di penjuru untuk masuk ke Kota Singkawang itu memiliki karakteristik seperti di arah pesisir itu identik dengan Melayu, kalau timur Tionghoa dan Dayak serta untuk barat urban. Jadi motif ini menceritakan keberagaman," jelas dia.
Untuk harga batik tulis yang ia produksi mulai Rp300.000 - Rp3.000.000 per helai kain. Untuk batik tulis dengan motif tiga penjuru itu adalah harga tertinggi capai Rp3.000.000.
"Untuk penjualan kami juga tersedia secara online dan offline di galeri Kota Singkawang yang beralamat di Gang Cisadane Kota Singkawang," kata dia.
Menurutnya hobi yang ditekuni menjadi usahanya yang dimulai sejak 2013 lalu tersebut juga sudah memiliki kampung batik binaannya. Semula hanya tiga daerah dan kini sudah berada di lima kecamatan di Kota Singkawang.
"Melalui rumah batik itu saya mengenalkan dan menularkan untuk membatik. Saya menjelaskan batik itu bukan milik jawa tapi milik Indonesia dan sudah diakui dunia. Jadi melalui batik ini kita bisa mengenalkan budaya dan daerah kita. Selain itu juga bisa menjadi sumber pendapatan," kata dia.
Terkait untuk mendorong kemajuan usaha, saat ini Priska Yeniriatno mulai dilirik PLN melalui Program PLN Peduli. UP3 PLN Singkawang siap mendukung pelaku usaha yang telah berbuat banyak dan produktif bagi usahanya dan daerah di sekitarnya.
Priska Yeniriatno sendiri merasa sangat terbantu dengan listrik PLN karena peralatan untuk membatik saat ini sudah memanfaatkan listrik.
"Peranan listrik PLN sangat penting dan membantu karena untuk tinta saya harus menggunakan kompor listrik. Tentu hal itu butuh listrik yang stabil dan saat ini PLN layanan sangat baik," kata dia.
Menurutnya dengan kompor listrik batik lebih bisa dikontrol suhu dan tidak susah sehingga proses membatik lebih cepat dan mudah.
"Kalau manual itu kan biasa pakai minyak tanah untuk memanaskan panci tinta batik. Itu tidak terkontrol panasnya. Namun dengan listrik begini lebih stabil dan mudah. Berharap layanan PLN terus maksimal dan terkait usaha yang dijalani bisa didukung melalui program PLN," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Bersyukur kondisi penjualan batik kami mulai pulih dalam dua bulan terakhir setelah kasus COVID-19 mulai mereda. Menariknya untuk motif Tiga Penjuru ini suka dibeli dari pelanggan di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta dan lainnya. Saya juga heran," ujarnya saat di Singkawang, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa motif tiga penjuru yang menunjukkan tiga pintu masuk ke Singkawang dan sekaligus sebagai simbol keberagaman suku mulai Melayu, Tionghoa dan Dayak.
"Masing - masing di penjuru untuk masuk ke Kota Singkawang itu memiliki karakteristik seperti di arah pesisir itu identik dengan Melayu, kalau timur Tionghoa dan Dayak serta untuk barat urban. Jadi motif ini menceritakan keberagaman," jelas dia.
Untuk harga batik tulis yang ia produksi mulai Rp300.000 - Rp3.000.000 per helai kain. Untuk batik tulis dengan motif tiga penjuru itu adalah harga tertinggi capai Rp3.000.000.
"Untuk penjualan kami juga tersedia secara online dan offline di galeri Kota Singkawang yang beralamat di Gang Cisadane Kota Singkawang," kata dia.
Menurutnya hobi yang ditekuni menjadi usahanya yang dimulai sejak 2013 lalu tersebut juga sudah memiliki kampung batik binaannya. Semula hanya tiga daerah dan kini sudah berada di lima kecamatan di Kota Singkawang.
"Melalui rumah batik itu saya mengenalkan dan menularkan untuk membatik. Saya menjelaskan batik itu bukan milik jawa tapi milik Indonesia dan sudah diakui dunia. Jadi melalui batik ini kita bisa mengenalkan budaya dan daerah kita. Selain itu juga bisa menjadi sumber pendapatan," kata dia.
Terkait untuk mendorong kemajuan usaha, saat ini Priska Yeniriatno mulai dilirik PLN melalui Program PLN Peduli. UP3 PLN Singkawang siap mendukung pelaku usaha yang telah berbuat banyak dan produktif bagi usahanya dan daerah di sekitarnya.
Priska Yeniriatno sendiri merasa sangat terbantu dengan listrik PLN karena peralatan untuk membatik saat ini sudah memanfaatkan listrik.
"Peranan listrik PLN sangat penting dan membantu karena untuk tinta saya harus menggunakan kompor listrik. Tentu hal itu butuh listrik yang stabil dan saat ini PLN layanan sangat baik," kata dia.
Menurutnya dengan kompor listrik batik lebih bisa dikontrol suhu dan tidak susah sehingga proses membatik lebih cepat dan mudah.
"Kalau manual itu kan biasa pakai minyak tanah untuk memanaskan panci tinta batik. Itu tidak terkontrol panasnya. Namun dengan listrik begini lebih stabil dan mudah. Berharap layanan PLN terus maksimal dan terkait usaha yang dijalani bisa didukung melalui program PLN," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021