PT PLN (Persero) telah menerangi 525 keluarga dengan listrik di Desa Fatuulan, Kecamatan Ki’e, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kami terus melakukan penyambungan listrik di daerah-daerah terpencil untuk meningkatkan produktivitas masyarakat desa," kata GM PLN Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko dalam keterangan tertulis yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Agustinus mengatakan upaya melistriki desa yang berada di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) cukup menantang karena jarak yang ditempuh untuk sampai di desa ini memerlukan waktu enam jam.
Di sisi lain, Desa Fatuulan berada pada ketinggian 1.800 meter di atas permukaan dengan medan terjal membuat petugas PLN harus mengeluarkan tenaga ekstra dalam membawa peralatan instalasi.
"Kabupaten Timor Tengah Selatan ini untuk keluarga yang sudah berlistrik baru sekitar 101 ribu dari total 143 ribu, jadi masih ada 42 ribu keluarga atau rumah yang belum menikmati listrik," ujar Agustinus.
Dia berharap penyambungan listrik ini dapat meningkatkan rasio elektrifikasi di Timor Tengah Selatan, sekaligus bisa membuat masyarakat semakin sejahtera dan produktif yang ujungnya mampu meningkatkan perekonomian desa.
Bupati Timor Tengah Selatan Egusem Piether Tahun mengapresiasi perhatian PLN di daerah yang ia pimpin karena wilayah ini masih ada 42 ribu keluarga yang belum menikmati listrik.
"Saya berharap penyambungan listrik ini dapat mendorong masyarakat meningkatkan taraf hidupnya dengan menggunakan listrik dari PLN," ujar Egusem.
Lebih lanjut dia mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan listrik. Apabila ada gangguan listrik, masyarakat diminta segera melaporkannya kepada PLN.
"Tolong bapak mama yang memiliki pohon yang dekat atau kena jaringan jangan dilakukan pemotongan sendiri, harus melaporkan ke PLN agar tim PLN yang memotongnya dan seluruh warga juga harus mengijinkan kabel listrik lewat," ucapnya.
Sementara itu warga Desa Fatuulan bernama Matheos menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak PLN karena telah menyambungkan listrik ke desanya.
"Baru beberapa hari ini listrik sudah menyala dan saya sangat merasa senang. Saya 18 tahun di Kupang dan sekarang tinggal di kampung halaman selama 52 tahun akhirnya menikmati listrik,” ujarnya.
Dalam upaya menyambungkan listrik di Desa Fatuulan, PLN menggelontorkan investasi senilai Rp5 miliar.
Dana itu dialokasikan untuk pembangunan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 7,82 kilometer sirkuit (kms), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 15,92 kms, dan empat buah gardu dengan total 200 kilovolt ampere.
Dalam satu tahun terakhir, rasio elektrifikasi di Kabupaten Timor Tengah Selatan meningkat sebanyak 1,77 persen dari sebelumnya 68,85 persen menjadi 70,62 persen.
Adapun rasio elektrifikasi NTT tercatat meningkat menjadi 88,96 persen dari yang sebelumnya 87,62 persen.
PLN terus berkomitmen untuk mewujudkan energi yang berkeadilan bagi seluruh pelosok negeri terutama di daerah 3T.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Kami terus melakukan penyambungan listrik di daerah-daerah terpencil untuk meningkatkan produktivitas masyarakat desa," kata GM PLN Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko dalam keterangan tertulis yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Agustinus mengatakan upaya melistriki desa yang berada di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) cukup menantang karena jarak yang ditempuh untuk sampai di desa ini memerlukan waktu enam jam.
Di sisi lain, Desa Fatuulan berada pada ketinggian 1.800 meter di atas permukaan dengan medan terjal membuat petugas PLN harus mengeluarkan tenaga ekstra dalam membawa peralatan instalasi.
"Kabupaten Timor Tengah Selatan ini untuk keluarga yang sudah berlistrik baru sekitar 101 ribu dari total 143 ribu, jadi masih ada 42 ribu keluarga atau rumah yang belum menikmati listrik," ujar Agustinus.
Dia berharap penyambungan listrik ini dapat meningkatkan rasio elektrifikasi di Timor Tengah Selatan, sekaligus bisa membuat masyarakat semakin sejahtera dan produktif yang ujungnya mampu meningkatkan perekonomian desa.
Bupati Timor Tengah Selatan Egusem Piether Tahun mengapresiasi perhatian PLN di daerah yang ia pimpin karena wilayah ini masih ada 42 ribu keluarga yang belum menikmati listrik.
"Saya berharap penyambungan listrik ini dapat mendorong masyarakat meningkatkan taraf hidupnya dengan menggunakan listrik dari PLN," ujar Egusem.
Lebih lanjut dia mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan listrik. Apabila ada gangguan listrik, masyarakat diminta segera melaporkannya kepada PLN.
"Tolong bapak mama yang memiliki pohon yang dekat atau kena jaringan jangan dilakukan pemotongan sendiri, harus melaporkan ke PLN agar tim PLN yang memotongnya dan seluruh warga juga harus mengijinkan kabel listrik lewat," ucapnya.
Sementara itu warga Desa Fatuulan bernama Matheos menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak PLN karena telah menyambungkan listrik ke desanya.
"Baru beberapa hari ini listrik sudah menyala dan saya sangat merasa senang. Saya 18 tahun di Kupang dan sekarang tinggal di kampung halaman selama 52 tahun akhirnya menikmati listrik,” ujarnya.
Dalam upaya menyambungkan listrik di Desa Fatuulan, PLN menggelontorkan investasi senilai Rp5 miliar.
Dana itu dialokasikan untuk pembangunan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 7,82 kilometer sirkuit (kms), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 15,92 kms, dan empat buah gardu dengan total 200 kilovolt ampere.
Dalam satu tahun terakhir, rasio elektrifikasi di Kabupaten Timor Tengah Selatan meningkat sebanyak 1,77 persen dari sebelumnya 68,85 persen menjadi 70,62 persen.
Adapun rasio elektrifikasi NTT tercatat meningkat menjadi 88,96 persen dari yang sebelumnya 87,62 persen.
PLN terus berkomitmen untuk mewujudkan energi yang berkeadilan bagi seluruh pelosok negeri terutama di daerah 3T.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021