PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menjalin kerja sama dengan PT Sang Hyang Seri dan Perum Perhutani untuk pemenuhan kebutuhan biomassa dalam rangka mendukung program co-firing pembangkit listrik tenaga uap demi meningkatkan bauran energi baru terbarukan.
Sinergi ketiga BUMN ini menjadi bukti komitmen Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 dalam mempercepat transisi energi hijau dan mendukung pencapaian target netralitas karbon pada 2060.
"Saat ini akan dimanfaatkan di dua pembangkit dengan total penyediaan sebesar 25 ribu ton untuk biomassa pada tahap awal," kata Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury di Jakarta, Selasa.
Baca juga: PLN bangun 36 PLTS atap dukung KTT G20 di Bali
Pahala berharap kerja sama itu dapat menyediakan 10 juta ton biomassa yang bisa dilakukan dalam lima sampai tujuh tahun mendatang.
Menurutnya, kerja sama itu bisa memberikan sisi positif bagi ketiga BUMN dari sisi pendapatan. Selama ini sekam padi milik Sang Hyang Seri menjadi limbah, sehingga pemanfaatan sekam padi menjadi produk co-firing bisa menambah pendapatan perusahaan.
"Begitu pula di Perhutani dengan kerja sama ini memperluas bidang Perhutani dalam pengelolaan hutan dan bisa meningkatkan pendapatan. Sedangkan dari sisi PLN juga bisa mengantongi penghematan dari sisi pengadaan bahan baku PLTU melalui program ini," jelas Pahala.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan pihaknya telah mencanangkan program transformasi dalam rangka peningkatan bauran energi baru terbarukan, salah satunya melalui program co-firing PLTU dengan mengurangi penggunaan batu bara dan mengganti sebagian kebutuhan bahan bakar pembangkit dengan biomassa.
Baca juga: PLN bangun 36 PLTS atap 869 kWp dukung KTT G20 dengan energi hijau
"Co-firing PLTU merupakan salah satu upaya PLN untuk mendukung capaian target energi baru terbarukan sebesar 23 persen dalam bauran energi pada 2025 dan net zero emission pada tahun 2060," kata Darmawan.
PLN memproyeksikan angka kebutuhan biomassa co-firing untuk seluruh PLTU sebesar 10,2 juta ton per tahun pada 2025 dan tahun-tahun selanjutnya. Pemenuhan kebutuhan biomassa bisa berasal dari limbah seperti pelet sekam padi sebagai produk dari Sang Hyang Seri maupun jenis tanaman energi yang akan dipasok oleh Perhutani.
Direktur Utama Sang Hyang Seri Maryono mengungkapkan sinergi BUMN yang disepakati hari ini merupakan proses bisnis baru baik bagi PLN maupun Perhutani dan Sang Hyang Seri, di mana diharapkan dukungan dari pihak pemerintah untuk kesuksesan program co-firing ini terutama dari sisi kebijakan dan regulasi terkait penyediaan biomassa.
Sumber energi biomassa yang berasal dari sekam padi berupa pelet sekam yang akan menjadi sumber bahan bakar sangat besar potensinya di mana jumlahnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan program pemerintah dalam produksi pertanian.
"Kami berkomitmen untuk mendukung program energi baru terbarukan melalui pengembangan industri pelet sekam, karena kami memiliki 14 pabrik beras yang tersebar hampir diseluruh Indonesia," papar Maryono.
Baca juga: PLN tambah dua pembangkit perkuat listrik Bali dukung KTT G20
Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menjelaskan bahwa pasar energi merupakan terobosan pasar baru dalam bisnis kehutanan dan kepastian pasokan dalam jangka panjang merupakan faktor yang krusial dalam melayani pasar energi.
Hingga 2021, Perhutani telah melakukan pengembangan hutan tanaman energi seluas 31.136 hektare yang tersebar di 15 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani.
Perhutani berkomitmen untuk mengembangkan industri biomassa yang kompetitif dan berkelanjutan untuk mendukung pengembangan energi baru terbarukan dan memenuhi komitmen penurunan emisi karbon.
"Perhutani akan melanjutkan pembangunan hutan tanaman energi sesuai RJPP, membangun industri biomassa, melakukan sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan industri pengolahan (skema PHPL dan FSC) untuk memastikan sustainability pasokan biomassa dalam jangka panjang," ucap Wahyu.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana berharap kerja sama itu menjadi awal dari pengembangan biomassa di Indonesia.
"Saat ini, melalui sinergi ini kita semua mampu menjawab kebutuhan co-firing di Jawa. Harapannya, skema yang sama juga bisa diterapkan di seluruh Indonesia," ujar Dadan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
Sinergi ketiga BUMN ini menjadi bukti komitmen Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 dalam mempercepat transisi energi hijau dan mendukung pencapaian target netralitas karbon pada 2060.
"Saat ini akan dimanfaatkan di dua pembangkit dengan total penyediaan sebesar 25 ribu ton untuk biomassa pada tahap awal," kata Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury di Jakarta, Selasa.
Baca juga: PLN bangun 36 PLTS atap dukung KTT G20 di Bali
Pahala berharap kerja sama itu dapat menyediakan 10 juta ton biomassa yang bisa dilakukan dalam lima sampai tujuh tahun mendatang.
Menurutnya, kerja sama itu bisa memberikan sisi positif bagi ketiga BUMN dari sisi pendapatan. Selama ini sekam padi milik Sang Hyang Seri menjadi limbah, sehingga pemanfaatan sekam padi menjadi produk co-firing bisa menambah pendapatan perusahaan.
"Begitu pula di Perhutani dengan kerja sama ini memperluas bidang Perhutani dalam pengelolaan hutan dan bisa meningkatkan pendapatan. Sedangkan dari sisi PLN juga bisa mengantongi penghematan dari sisi pengadaan bahan baku PLTU melalui program ini," jelas Pahala.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan pihaknya telah mencanangkan program transformasi dalam rangka peningkatan bauran energi baru terbarukan, salah satunya melalui program co-firing PLTU dengan mengurangi penggunaan batu bara dan mengganti sebagian kebutuhan bahan bakar pembangkit dengan biomassa.
Baca juga: PLN bangun 36 PLTS atap 869 kWp dukung KTT G20 dengan energi hijau
"Co-firing PLTU merupakan salah satu upaya PLN untuk mendukung capaian target energi baru terbarukan sebesar 23 persen dalam bauran energi pada 2025 dan net zero emission pada tahun 2060," kata Darmawan.
PLN memproyeksikan angka kebutuhan biomassa co-firing untuk seluruh PLTU sebesar 10,2 juta ton per tahun pada 2025 dan tahun-tahun selanjutnya. Pemenuhan kebutuhan biomassa bisa berasal dari limbah seperti pelet sekam padi sebagai produk dari Sang Hyang Seri maupun jenis tanaman energi yang akan dipasok oleh Perhutani.
Direktur Utama Sang Hyang Seri Maryono mengungkapkan sinergi BUMN yang disepakati hari ini merupakan proses bisnis baru baik bagi PLN maupun Perhutani dan Sang Hyang Seri, di mana diharapkan dukungan dari pihak pemerintah untuk kesuksesan program co-firing ini terutama dari sisi kebijakan dan regulasi terkait penyediaan biomassa.
Sumber energi biomassa yang berasal dari sekam padi berupa pelet sekam yang akan menjadi sumber bahan bakar sangat besar potensinya di mana jumlahnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan program pemerintah dalam produksi pertanian.
"Kami berkomitmen untuk mendukung program energi baru terbarukan melalui pengembangan industri pelet sekam, karena kami memiliki 14 pabrik beras yang tersebar hampir diseluruh Indonesia," papar Maryono.
Baca juga: PLN tambah dua pembangkit perkuat listrik Bali dukung KTT G20
Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menjelaskan bahwa pasar energi merupakan terobosan pasar baru dalam bisnis kehutanan dan kepastian pasokan dalam jangka panjang merupakan faktor yang krusial dalam melayani pasar energi.
Hingga 2021, Perhutani telah melakukan pengembangan hutan tanaman energi seluas 31.136 hektare yang tersebar di 15 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani.
Perhutani berkomitmen untuk mengembangkan industri biomassa yang kompetitif dan berkelanjutan untuk mendukung pengembangan energi baru terbarukan dan memenuhi komitmen penurunan emisi karbon.
"Perhutani akan melanjutkan pembangunan hutan tanaman energi sesuai RJPP, membangun industri biomassa, melakukan sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan industri pengolahan (skema PHPL dan FSC) untuk memastikan sustainability pasokan biomassa dalam jangka panjang," ucap Wahyu.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana berharap kerja sama itu menjadi awal dari pengembangan biomassa di Indonesia.
"Saat ini, melalui sinergi ini kita semua mampu menjawab kebutuhan co-firing di Jawa. Harapannya, skema yang sama juga bisa diterapkan di seluruh Indonesia," ujar Dadan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022