Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) telah memakai campuran bahan bakar biomassa melalui implementasi teknologi co-firing di 28 unit pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU dengan angka pengurangan emisi sebanyak 96 ribu ton pada Januari-Februari 2022.
Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN Wiluyo Kusdwiharto mengatakan pihaknya akan menerapkan teknologi co-firing terhadap 52 PLTU.
Baca juga: PLN - TANAGUPA kolaborasi tingkatkan kapasitas petani kopi Kayong Utara
Lebih lanjut Wiluyo menyampaikan bahwa pemanfaatan biomassa juga sebagai langkah jangka pendek yang dilakukan PLN dalam mengurangi emisi karbon, karena program co-firing tidak memerlukan investasi untuk pembangunan pembangkit baru dan hanya mengoptimalkan biaya operasional untuk pembelian biomassa.
Baca juga: YBM PLN Kalbar serahkan hibah motor untuk Da'i pedalaman
Hingga 2025, PLN membutuhkan sekitar 10,2 juta ton biomassa untuk menjadi substitusi 10 persen kebutuhan batu bara di PLTU.
Baca juga: Desa Entabuk butuh penerangan
Melalui kerja sama dengan sesama BUMN ini, Perhutani akan memasok kebutuhan biomassa dengan proyek percontohan 11.500 ton per tahun untuk PLTU Pelabuhan Ratu di Jawa Barat.
Sedangkan untuk PLTU Rembang, Perhutani akan memasok 14.300 ton per tahun serbuk kayu kaliandra dan gamal. Melalui skema bisnis yang sama, Perhutani akan membangun pabrik pengolahan di wilayah Rembang.
Baca juga: Presiden Jokowi: apresiasi kesiapan PLN dukung KTT G20