PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan membagikan dividen tunai tahun buku 2021 kepada pemegang saham sebesar Rp26,4 triliun atau sekurang-kurangnya Rp174,23 per lembar saham atau mencapai 85 persen dari total laba BRI.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, BRI menyampaikan akhir periode perdagangan saham dengan hak dividen (cum dividen) di pasar reguler dan negosiasi berlangsung pada 10 Maret 2022, sedangkan di pasar tunai pada 14 Maret.
Sementara itu, awal perdagangan saham tanpa hak dividen (ex dividen) di pasar reguler dan negosiasi digelar pada 11 Maret 2022, sedangkan di pasar tunai pada 15 Maret 2022.
Selanjutnya, tanggal daftar pemegang saham yang berhak dividen (recording date) berlangsung pada 14 Maret mendatang. Adapun, tanggal pembayaran dividen bakal dilakukan pada 1 April.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan dua alasan utama terkait dengan rasio pembagian dividen jumbo yang mencapai 85 persen dari total laba konsolidasi perseroan.
Dia menyatakan bahwa besaran dividen payout ratio yang diputuskan oleh BBRI dilandasi oleh dua hal. Pertama, langkah itu bertalian dengan kuatnya rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perseroan yang mencapai 27,25 persen.
“Karena memang untuk tumbuh hari ini dan ke depan untuk beberapa tahun, CAR kami masih di atas 25 persen, sehingga itu cukup untuk mendukung pertumbuhan BRI,” ungkapnya.
Faktor kedua, lanjutnya, berkaitan dengan likuiditas BRI yang dinilai cukup memadai. Sepanjang tahun lalu, rasio likuiditas (loan to deposit/LDR) perseroan berada di angka 83,53 persen. Raihan likuiditas ini tidak terlepas dari perolehan DPK yang mencapai Rp1.138,74 triliun.
“Baik kebutuhan capital maupun ketersediaan likuiditas sangat memadai untuk mendukung pertumbuhan yang bahkan agresif sekalipun, maka kemudian kalau ada laba kami tetapkan untuk dibagi saja,” tutur Sunarso.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, BRI menyampaikan akhir periode perdagangan saham dengan hak dividen (cum dividen) di pasar reguler dan negosiasi berlangsung pada 10 Maret 2022, sedangkan di pasar tunai pada 14 Maret.
Sementara itu, awal perdagangan saham tanpa hak dividen (ex dividen) di pasar reguler dan negosiasi digelar pada 11 Maret 2022, sedangkan di pasar tunai pada 15 Maret 2022.
Selanjutnya, tanggal daftar pemegang saham yang berhak dividen (recording date) berlangsung pada 14 Maret mendatang. Adapun, tanggal pembayaran dividen bakal dilakukan pada 1 April.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan dua alasan utama terkait dengan rasio pembagian dividen jumbo yang mencapai 85 persen dari total laba konsolidasi perseroan.
Dia menyatakan bahwa besaran dividen payout ratio yang diputuskan oleh BBRI dilandasi oleh dua hal. Pertama, langkah itu bertalian dengan kuatnya rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perseroan yang mencapai 27,25 persen.
“Karena memang untuk tumbuh hari ini dan ke depan untuk beberapa tahun, CAR kami masih di atas 25 persen, sehingga itu cukup untuk mendukung pertumbuhan BRI,” ungkapnya.
Faktor kedua, lanjutnya, berkaitan dengan likuiditas BRI yang dinilai cukup memadai. Sepanjang tahun lalu, rasio likuiditas (loan to deposit/LDR) perseroan berada di angka 83,53 persen. Raihan likuiditas ini tidak terlepas dari perolehan DPK yang mencapai Rp1.138,74 triliun.
“Baik kebutuhan capital maupun ketersediaan likuiditas sangat memadai untuk mendukung pertumbuhan yang bahkan agresif sekalipun, maka kemudian kalau ada laba kami tetapkan untuk dibagi saja,” tutur Sunarso.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022