Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sudah teruji mampu melewati masa krisis seperti yang terjadi pada dua tahun terakhir karena COVID-19. Hal ini misalnya terbukti pada UMKM Hilir Muara Cinta Bumi (HMCB) yang hingga saat ini jumlah anggotanya terus bertambah sejak awal berdiri di akhir tahun 2020.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, sebanyak 45,3% UMKM tetap beroperasi secara penuh meski di tengah pandemi. Selain itu, 30,9% hanya beroperasi setengahnya. Pemerintah meyakini ekosistem digital mendorong percepatan pemulihan ekonomi UMKM dan nasional.

Yuniatin Fiati Ningsih, Ketua HMCB menyebutkan kalau UMKM HMCB memiliki dua kegiatan utama yaitu bidang kuliner  dan kerajinan tangan. Untuk bidang kerajinan tangan, HMCB secara khusus membuat kerajinan tangan dari limbah atau sampah. 

"Kami memiliki bank sampah yang tidak semua sampahnya bisa dijual dan yang itulah kemudian diolah menjadi dompet, tas kemasan, lampu lampion, bunga, kotak tisu, dan masih banyak lagi," jelas Yunia. 

Selain membuat masyarakat makin maju secara ekonomi dan berkembang HMCB juga berhasil mengelola sampah . 

Adapun untuk bidang kuliner, HMCB mengolah ikan menjadi bakso ikan yang sangat diminati oleh banyak orang. Untuk sektor ini, HMCB juga mampu membantu nelayan untuk bisa menjual hasil tangkapan mereka. Di samping itu beberapa anggota pelaku UMKM di bawah naungan HMCB juga memiliki usaha pengolahan pangan berbahan dasar ikan lainnya seperti keripik dan amplang.

"Kami menggunakan ikan karang-karang dan berapapun yang didapatkan oleh nelayan pasti kami beli. Pentol (sejenis bakso) ini sangat digemari oleh masyarakat," kata Yunia. 

Meski begitu, bukan berarti HMCB tidak memiliki kendala dalam berkembang. Yunia menjelaskan kalau HMCB masih kerap kekurangan modal, peralatan, dan juga pengetahuan yang lebih untuk bisa lebih maju lagi. 

Pemasaran, apalagi semenjak pandemi menjadi salah satu masalah HMCB. Yunia menegaskan untuk acara langsung, HMCB sering kali diundang untuk mengisi booth untuk pameran, namun untuk membuat memasarkan lebih lagi secara online, Yunia menyebutkan masih harus lebih banyak belajar. 

Pembentukan kelompok komunitas pelaku UMKM HMCB sendiri digagas oleh Mubadala Petroleum Indonesia/PEARLOIL (Sebuku) LTD, satu perusahaan besar yang beroperasi di wilayah Kabupaten Kotabaru yang tergerak untuk melakukan inisiatif mendorong kegiatan ekonomi kerakyatan di Desa Hilir Muara, Kecamatan Pulau Laut Utara agar lebih berkembang.

Bentuk dukungan yang diberikan oleh Mubadala Petroleum Indonesia antara lain adalah memberikan pelatihan kewirausahaan terkait pengelolaan sampah hingga pembentukan bank sampah serta pelatihan pengolahan pangan berbasis ikan dan pengurusan perizinan usaha tata boga untuk memperkuat nilai ekonomi produk yang dihasilkan. 

Di sisi lain, Mubadala Petroleum Indonesia juga kerap mengajak HMCB untuk ikut dalam pameran-pameran UMKM di tingkat lokal dan regional sebagai sarana promosi produk dan memperluas jaringan pemasaran. 

"Kami cukup terbantu, bukan hanya soal dana, namun beragam pelatihan yang diadakan dan juga kesempatan untuk mempromosikan usaha dan produk-produk unggulan kami di berbagai pameran UMKM " pungkas Yunia.

Terkini, HMCB digandeng Mubadala Petroleum Indonesia pada even Pra Forum Kapasitas Nasional  (Kapnas) Kalimantan dan Sulawesi yang diselenggarakan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), 21-22 Juni 2022 di Novotel Balikpapan. Pada acara ini, stan HMCB mendapatkan animo yang luar biasa dari pengunjung, salah satunya oleh Gubernur Kalimantan Timur, Dr. Ir. H. Isran Noor, M.Si. Di penghujung acara, HMCB juga dianugerahi penghargaan Booth Terbaik 5.

HMCB berdiri sejak 2 Desember 2020 di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi COVID-19 melanda dan hingga saat ini telah beranggotakan 40 pelaku usaha kecil di lingkup Desa Hilir Muara. Pembentukan komunitas usaha ini bertujuan agar para pelaku usaha kecil dapat melalui kondisi sulit akibat pandemi secara bersama-sama.

Mubadala Petroleum adalah perusahaan hulu minyak dan gas eksplorasi dan produksi internasional yang didirikan pada Juni 2012 sebagai entitas anak usaha dari Mubadala Investment Company yang berkantor pusat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Di Indonesia, Mubadala Petroleum mengoperasikan Kontrak Kerja Sama (KKS) Sebuku dengan lapangan gas Ruby yang telah beroperasi sejak akhir Oktober 2013. Mubadala Petroleum juga mengelola dan menjadi operator Wilayah Kerja Andaman I dan South Andaman di laut lepas Aceh.

Pewarta: Nurjali

Editor : Evi Ratnawati


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022