Tidak terbantahkan, di balik gemerlap cahaya lampu, kemudahan dalam menjalankan aktivitas pekerjaan dan usaha yang digeluti serta beberapa hal lainnya tidak terlepas dari suplai listrik PLN. 

Tidak bisa dipungkiri juga bahwa listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat, selain sandang, pangan, dan papan. Pada dasarnya, sandang, pangan, dan papan dalam produksi juga tidak terlepas dari mesin yang menggunakan energi listrik. Artinya, segala aspek butuh listrik untuk kesejahteraan dan kemajuan daerah dan bangsa.

Gemerlapnya lampu, roda ekonomi bergeliat dari listrik yang kita nikmati saat ini merupakan buah dari kerja keras dan semangat melayani dari keluarga besar PLN, meski tantangan di lapangan selalu hadir dan mereka dituntut untuk mencari solusi serta inovasi.

PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Kalbar dan unit-unit di bawahnya terus mengoptimalkan layanan kepada masyarakat untuk menerangi Kalbar yang memiliki luas sekitar 1,5 kali dari Pulau Jawa. Begitu juga dengan Unit Induk Pembangunan Kalimantan Bagian Barat (PLN UIP KLB) terus gencar membangun transmisi dan gardu induk agar Kalimantan terang benderang. 

Tahap demi tahap pembangunan dilakukan, mulai dari pembangkitan, distribusi, penjualan, pemeliharaan, dan mengajak masyarakat untuk bersama menjaga aset negara tersebut.

Hingga saat ini mendekati akhir 2022, PLN melayani 12 kabupaten dan dua kota di Kalbar dengan total pelanggan  1.409.313 pelanggan atau total elektrifikasinya sudah mencapai 99,52 persen, suatu pertumbuhan sekitar enam persen dari tahun lalu.

Dilihat dari total daya tersambung, yakni 2.065,86 MVA dan penjualan  247,17 juta kWh per bulan. PLN memiliki empat Unit Pelayanan Pelanggan (UP3), yakni Pontianak, Singkawang, Sanggau, dan Ketapang. Untuk daya tersambung saat ini di Kalbar sudah mencapai 2.065,86 MVA dan penjualan listrik 247,17 juta kWh per bulan.

Dari sisi daya atau pembangkit PLN statusnya di Kalbar sudah normal dan bahkan surplus 205 MW. Secara angka yakni daya mampu saat ini 766 (MW) dan beban 561 MW. Listrik yang surplus tentu menjadi angin segar bagi masyarakat sebagai pelanggan dan bahkan kalangan dari pelaku usaha yang mana bisa berdampak pada daya ungkit ekonomi Kalbar untuk bangkit lebih cepat dan pulih lebih kuat di tengah terpaan wabah pandemi COVID-19 yang masih ada meskipun kasusnya sudah turun.

"Dari sisi dapur PLN atau pembangkit kita saat ini baik dibandingkan tahun sebelumnya, kecukupan daya tidak lagi menjadi kendala. Bahkan kita sudah surplus. Tugas kita saat ini memaksimalkan lagi layanan dengan meningkatkan keandalan listrik hingga pelayanan," General Manager PLN UIW Kalbar, Mochamad Soffin Hadi di Pontianak, Sabtu.

Saat ini listrik yang disuplai PLN tersebut melalui tujuh sistem. Untuk Sistem Khatulistiwa saja yang saat ini terkoneksi dengan baik, sebab telah terhubung dengan delapan kabupaten dan kota, sedangkan tujuh sistem lainnya masih belum terhubung atau hanya bersifat lokal di wilayah kerjanya.

Target ke depan, seluruh Kalbar terkoneksi dengan sistem yang sama sehingga kemampuan suplai listrik lebih optimal. Bahkan, nantinya terkoneksi untuk seluruh Kalimantan.
 
Pemasangan kabel transmisi SUTT (ANTARA/HO)

Penguatan Transmisi

Daya listrik dari pembangkit yang sudah surplus. Jangkauan distribusi ke berbagai daerah lebih luas tidak terlepas dari peranan penambahan instalasi kelistrikan atau penguatan transmisi.

Unit Induk Pembangunan Kalimantan Bagian Barat (PLN UIP KLB) Juni 2022 lalu telah berhasil merampungkan empat infrastruktur kelistrikan antaranya pembangunan transmisi sepanjang 111,95 KM di Kalbar.

Jaringan transmisi yang terbangun tersebut yakni di Sanggau- Sekadau- Sintang terbentang sepanjang 111,95 kilometer yang melintasi 3 kabupaten, 7 kecamatan, 3 kelurahan, dan 18 desa.

Ada empat pembangunan infrastruktur kelistrikan yang berhasil terbangun yakni Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo Volt (kV) Sanggau-Sekadau sirkit 2, SUTT 150 kV Sekadau-Sintang, Gardu Induk (GI) 150 kV Sekadau berkapasitas 30 Mega Volt Ampere (MVA), dan GI 150 kV Sintang berkapasitas 60 MVA. Rata-rata nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk dua jalur transmisi dan dua GI tersebut sebesar 75,65 persen.

PLN investasikan lebih dari Rp504 miliar untuk membangun infrastruktur kelistrikan di Kabupaten Sanggau, Sekadau, dan Sintang tersebut. Sebelumnya sistem kelistrikan di wilayah Sekadau dan Sintang masih bersifat isolated atau belum terhubung ke sistem kelistrikan lainnya. Selain itu sumber listrik utama di kedua kabupaten tersebut memiliki cadangan daya terbatas yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) setempat dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sintang berkapasitas 3x7 Mega Watt (MW).

Dengan beroperasinya jaringan transmisi dan gardu induk yang ada maka listrik di wilayah Sekadau dan Sintang akan menjadi lebih andal dengan cadangan daya yang lebih besar. Hal tersebut karena listrik yang dihasilkan dari Sistem Kelistrikan Khatulistiwa dapat menyokong hingga ke wilayah tersebut. Sehingga apabila terjadi defisit daya atau gangguan kelistrikan, perbaikan yang dilakukan oleh PLN akan menjadi lebih cepat

"Bahkan dengan tali kawat layang-layang tersebut juga sudah sering memakan korban dan merenggut jiwa. Artinya persoalan layang-layang ini bukan hanya berdampak kepada PLN, namun jiwa," katanya.

Pihak PLN terus melakukan edukasi dan sosialisasi serta menjalin kerja sama dengan semua pihak agar persoalan layang-layang teratasi. Data terbaru, Oktober 2022, transmisi terbangun hingga saat ini mencapai 1554,08 kms dan gardu induk 1.210 MVA.

UMKM Bergeliat

Meningkatnya keandalan pasokan listrik selaras dengan geliat UMKM, contohnya di Kota Pontianak dan Kubu Raya yang mulai terlihat seiring menurunnya kasus COVID-19. 

"Masa sulit dalam menjalankan usaha selama dua tahun terakhir secara perlahan mulai membaik. Kami juga bersyukur kualitas pasokan listrik PLN sangat baik sehingga usaha kami dapat bertahan dan terus berkembang," ungkap Afan (36), pemilik usaha warung kopi di Jalan Adi Sucipto, Kabupaten Kubu Raya.

Diakuinya, listrik menjadi salah satu faktor utama dalam menjalankan usaha. Tanpa kualitas listrik yang baik maka usaha yang dijalankannya nyaris terhenti. Menurutnya seluruh peralatan usaha kami seperti kulkas, blender, freezer, mesin penghancur kopi, dan lain-lain sepenuhnya menggunakan listrik. Jika kualitas listriknya jelek atau sering padam maka usaha kami pastinya akan terkendala.

Ia berharap PLN selaku penyedia layanan kelistrikan dapat terus meningkatkan kualitas layanannya agar usaha yang dijalankan oleh pelaku UMKM seperti dirinya dapat terus maju dan berkembang. 

Senada, Rullianto (33) pelaku usaha konveksi di Jalan Prof. M. Yamin Pontianak, juga mengaku membaiknya kualitas pasokan listrik sangat berdampak pada usaha yang dijalankannya. Mesin jahit dan mesin obras yang dimiliki sepenuhnya menggunakan listrik. Dengan kualitas listrik yang baik maka produktivitasnya pun akan semakin meningkat.

Afan dan Rullianto adalah sebagian kecil dari ratusan ribu pelaku UMKM di Kalbar yang dalam menjalankan aktivitasnya yang mengandalkan listrik. Data terbaru, Oktober 2022 dari Pemrov Kalbar untuk usaha mikro berjumlah 167.839, Usaha Kecil berjumlah 25.964 dan Usaha Menengah berjumlah 1.705. Belum lagi usaha besar yang tentu sangat membutuhkan dan mengandalkan listrik PLN yang difasilitasi melalui program layanan khusus super prioritas.

Kalbar ke depan tentu terus butuh listrik seiiring ekonomi yang makin tumbuh. Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar mencatat pertumbuhan ekonomi provinsi ini pada triwulan kedua tahun 2022 sudah mencapai 4,45 persen. Terkait investasi ke depan juga dipastikan akan terus hadir seiiring banyak proyek strategis nasional seperti Pelabuhan Internasional Kijing, pengembangan kawasan perbatasan berupa PLBN dan lainnya. Sehingga itu tentu menjadi tantangan agar terus handal dan surplus.

Proyeksi Kebutuhan

Pemerintah Provinsi Kalbar telah melakukan proyeksi kebutuhan akan energi listrik di bumi Khatulistiwa tersebut untuk beberapa tahun mendatang.

Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalbar kalau itu yang masih OPD tersendiri menyebutkan sampai tahun 2025, Kalbar membutuhkan energi listrik hingga 3.006 MW dari semua sistem pembangkit yang ada. Bahkan proyeksi yang dibuat dilakukan sampai dengan tahun 2050 mendatang dengan kebutuhan energi listrik di Kalbar mencapai 10.893 MW dari semua sistem pembangkit yang ada.

Proyeksi tersebut dilakukan sebagai suatu pendekatan untuk menelaah kebutuhan masyarakat akan energi di suatu daerah.

Membangun dan mempersiapkan infrastruktur listrik mulai dari pembangkit, transmisi hingga distribusi terlebih dalam kapasitas yang sangat besar, tidaklah mudah. Butuh waktu, biaya dan sumber daya manusia yang mumpuni sehingga dibutuhkan perencanaan yang matang. Untuk itu, Pemprov Kalbar terus berkoordinasi dengan PLN serta pihak swasta lainnya yang mampu menyediakan pasokan listrik tersebut.

 

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022