Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut dana pemerintah daerah (pemda) di perbankan per September 2022 mencapai Rp223,84 triliun, naik Rp20,41 triliun atau 10,04 persen dibandingkan posisi bulan lalu.
“Dana pemda di bank per September 2022 masih sangat tinggi dan naik dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu Rp223,8 triliun atau naik dibandingkan posisi bulan lalu yang senilai Rp203,4 triliun,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa daring, Jumat.
Dibandingkan September 2021, saldo pemerintah di perbankan naik Rp29,72 triliun atau 15,31 persen secara tahunan dari sebelumnya hanya senilai Rp194,12 triliun.
Sri Mulyani memperkirakan dana pemda di perbankan tetap akan tinggi pada Oktober dan November 2022, dan baru akan menurun di Desember 2022 melalui realisasi program-program daerah.
“Ini salah satu pola belanja yang sepertinya semua terkonsentrasi di Desember,” katanya.
Baca juga: Negara bisa maju jika sektor keuangannya kuat
Ia berharap pemda dan kementerian atau lembaga bisa mengakselerasi belanja agar tersalurkan lebih cepat.
Selain realisasi belanja daerah yang belum optimal, saldo dana pemda di perbankan masih tinggi diperkirakan karena kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pemda Jawa Timur memiliki saldo di perbankan tertinggi per September 2022 dengan nilai Rp29,65 triliun, sedangkan Sulawesi Barat memiliki saldo di perbankan terendah yakni senilai Rp1,07 triliun.
“Kita harap pemerintah daerah maupun kementerian lembaga di pemerintah pusat bisa mengakselerasi belanja menjadi lebih cepat, namun tetap lebih fokus agar dampak ke masyarakat dan ke perekonomian bisa dirasakan,” ujar Sri Mulyani.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tantangan ekonomi global membutuhkan kepemimpinan kuat dan aksi bersama dari negara-negara G20 untuk mengurangi risiko.
"Tantangan global membutuhkan aksi G20 untuk melindungi masyarakat lemah sekaligus membawa kondisi dunia kembali kuat, seimbang, berkelanjutan dan pertumbuhan inklusif," kata Sri Mulyani saat menyampaikan hasil Pertemuan ke-4 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 di Washington DC, AS, Kamis sore waktu setempat.
Menurut dia, kondisi dunia yang menghadapi risiko seperti inflasi tinggi, perlambatan pertumbuhan, ketidakamanan sektor energi dan pangan, perubahan iklim serta konflik geopolitik juga membutuhkan bauran kebijakan yang memadai. Baca selangkapnya: Tantangan global membutuhkan kepemimpinan kuat G20
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022