Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati mengatakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) mengasah kemampuan nonteknis mahasiswa.

“Pembelajaran di luar kampus melalui MBKM ini tidak hanya mengasah kemampuan teknis mahasiswa, tetapi juga kemampuan nonteknis mahasiswa,” ujar Kiki di Denpasar, Bali, Selasa.

Dia menambahkan, program tersebut juga membuat mahasiswa mendapatkan pola pikir industri. Hal tersebut tidak didapatkan mahasiswa di kampus.

Baca juga: Mahasiswa diminta maksimalkan program MBKM

“Kalau di kampus mereka mendapatkan pola pikir akademis, tetapi di industri mereka mendapatkan pola pikir industri,” kata dia.

Program MBKM tersebut, lanjut dia, mengeluarkan mahasiswa dari zona nyaman. Program itu juga terus meningkat pesertanya dari tahun ke tahun. Kiki menjelaskan jumlah mahasiswa vokasi yang ikut MBKM pada 2021 meningkat sebanyak 65,15 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek Prof Nizam mengatakan MBKM mendorong mahasiswa untuk berani keluar dari zona nyaman. MBKM dimulai pada 2020 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 7.000 mahasiswa.

Baca juga: Fahutan Untan dan USAID SEGAR kerja sama Program Magang MBKM

“Alhamdulillah pada 2021, yang keluar dari zona nyaman itu semakin banyak. Ada lebih dari 60.000 mahasiswa yang mengikuti MBKM. Pada tahun ini, sudah lebih dari 130.000 mahasiswa yang mengikuti MBKM,” kata Nizam.

Nizam menambahkan, perguruan tinggi yang mengikuti MBKM tersebut juga semakin banyak, dan menyadari bahwa MBKM adalah masa depan pendidikan Indonesia.

Seorang peserta MBKM Hanny Chairunnisa mengatakan selama magang enam bulan di Metrodata Academy, pihaknya menghadapi tantangan pada pembelajaran.
 

“Perbedaan utama pada pengalaman juga dan juga saya mendapatkan pengalaman baru untuk terus berkolaborasi dan berinovasi,” kata Hanny.



Wakil Gubernur Kalimantan Barat Ria Norsan meminta perguruan tinggi untuk lebih adaptif dalam melakukan transformasi kurikulum sesuai kebutuhan nasional dan global dalam penerapan Kampus Merdeka.

"Pendidikan diharapkan sesuai karakteristik yang ada di Indonesia. Di mana di masa lalu, mahasiswa tidak memiliki fleksibilitas dalam belajar, semua kegiatan belajar dimaknai secara rakitan, dengan satuan kredit semester, hingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan mahasiswa di luar kampus, di luar ruang kuliah, di luar lecture, tidak bisa diakui sebagai pembelajaran," kata Ria Norsan saat membuka kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas OSO di Pontianak, Selasa.

Norsan mengatakan, saat ini SKS diartikan dalam jam kegiatan, sehingga ada fleksibilitas bagi mahasiswa menuntut ilmu, baik secara tatap muka perkuliahan maupun kegiatan lainnya seperti magang dan mengajar di desa. Baca selengkapnya: Ria Norsan minta perguruan tinggi lakukan transformasi kurikulum

Pewarta: Indriani

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022