Pemerintah Kota Pontianak, Kalimantan Barat saat ini sedang menyiapkan strategi dalam meningkatkan kualitas air bersih untuk didistribusikan kepada masyarakat melalui kerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID) Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (IUWASH).

"Ada tiga strategi yang digunakan untuk mengukur pencapaian program dan kinerja dalam meningkatkan kualitas air di Kota Pontianak, yakni indeks tata kelola, sanitasi indeks, dan APBD tracking, yang biasa dikenal USAID IUWASH tangguh," kata Kepala Bappeda Kota Pontianak, Sidig Handanu di Pontianak, Rabu.

Dia menjelaskan, atas kerja sama kedua pihak kemudian menggelar workshop yang ditujukan bagi organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, yang bertujuan mengevaluasi serta mengukur program yang telah berjalan.

"Dokumen (Governance dan Sanitation) indeks ini merupakan alat ukur pencapaian program dan kinerja pemerintahan daerah yang mencakup beberapa indikator yang mencerminkan pelayanan air minum, pelayanan bidang sanitasi (air limbah domestik) dan pengelolaan sumber daya air,” kata Sidiq.

Sidig mengatakan, pada langkah selanjutnya pihaknya fokus untuk membangun data dasar pelayanan, mengukur tren kinerja pelayanan, dan mengatur prioritas tahapan pengelolaan WASH/WRM oleh pemerintah daerah.

Selanjutnya adalah mengukur pengarusutamaan gender dalam sektor WASH/WRM, menyusun strategi capaian air limbah domestik dalam mencapai akses aman hingga menentukan alat advokasi untuk pemerintah daerah.

“Indikator-indikator yang ada akan diisi dan disepakati sebagai data dasar (baseline) dalam pendampingan USAID IUWASH tangguh di Kota Pontianak serta dapat dipantau perkembangannya setiap tahun selama periode dampingan program,” ujarnya.

Sidig berharap, melalui kerja sama antara pihaknya dengan USAID IUWASH dapat mendukung upaya pemerintah untuk menjangkau semua lapisan masyarakat, termasuk masyarakat berpenghasilan rendah, kelompok masyarakat berkebutuhan khusus dan kelompok rentan lainnya.

"Sehingga mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM) air minum dan sanitasi. Saya minta semua OPD yang terlibat hari ini berperan aktif dalam diskusi untuk mendapatkan hasil yang terbaik,” katanya.

Dari segi teknis perencanaan, Investment Specialist USAID IUWASH, Enjang Hassanudin menerangkan, masing-masing strategi memiliki aspek yang harus dipenuhi, seperti pada "Governance Index", terdapat lima aspek yang diperlukan diantaranya responsif anggaran, akuntabilitas, inklusif, profesionalisme dan kerangka peraturan.

“Kemudian dari kelima aspek tersebut dibagi lagi menjadi ke beberapa indikator. Di sini kita mengukur pencapaian programnya, serta sebagai perencanaan ke depan,” katanya.

Sedangkan untuk "Sanitation Index", lanjut Enjang, terdapat lima aspek yang diperlukan, seperti institusi, regulasi, finance, cakupan sanitasi dan operasi.

“Dilakukan bersama multi OPD terkait pelayanan WASH/WRM, kita menyepakati nilai setiap Indikator dan sub-indikator sesuai kinerja pelayanan dan dilakukan secara periodik setiap setahun sekali,” katanya.

Pewarta: Andilala

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022