Pemerintah Provinsi Kalbar terus berupa mencarikan solusi untuk memenuhi kebutuhan dan menjamin ketersediaan babi sebanyak 40 ribu ekor dalam setahun dan diantaranya dengan mendatangkan dari luar daerah.

"Dampak wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang masih belum berakhir siklusnya, Kalbar harus mendatangkan babi dari luar daerah sebagai upaya atau solusi memenuhi kebutuhan sebagian masyarakat di sini. Setahun Kalbar butuh 40 ribu ekor babi," ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar, Heronimus Hero di Pontianak, Selasa.

Ia menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan babi tersebut, sebagian sudah didatangkan ke Kalbar yakni sebanyak 9.000 ekor untuk memenuhi momen Imlek dan lainnya.

"Target awal didatangkan ada 19.000 ekor dan sudah realisasi 9.000 ekor. Babi sangat mempengaruhi inflasi di Kalbar sehingga dijaga ketersediaan dan distribusinya," papar dia.

Ia menjelaskan untuk pengembangan babi sendiri di Kalbar masih mengacu pada kajian ilmiah yakni siklus ASF terputus selama dua tahun. ASF masuk di Kalbar sejak 2021. Sehingga paling tidak tahun depan baru kembali fokus pengembangan babi di Kalbar dan saat ini masih harus didatangkan dari luar.

"Kami punya instalisasi pembibitan babi. Kami sudah pernah uji coba untuk pengembangan namun masih gagal karena siklus dari ASF belum putus," jelas dia.

Terkait harga daging babi saat ini mencapai Rp180 ribu per kilogram tidak terlepas dari jalur atau lokasi bongkar muat babi yang masih menjadi kendala. Ia berharap segera ada solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.

"Kami menjamin keamanan ternak. Ada Karantina, KSP dan petugas keamanan hewan. Semoga bisa ditetapkan lokasi bongkar muat karena masih banyak titik yang bisa dijadikan dan memenuhi syarat," papar dia.

 

Pewarta: Dedi

Editor : Evi Ratnawati


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023