Pemerintah Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menyebutkan lumpy skin disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol hingga saat ini sudah menyerang 821 sapi yang tersebar di seluruh kecamatan di daerah itu.
"Penyebarannya di setiap kecamatan sudah ada. Dari seluruh populasi 70.000 ekor sapi, yang terinfeksi 1,1 persen," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Sragen Eka Rini Mumpuni Titi Lestari di Sragen, Jumat.
Ia mengatakan sebagai upaya tindak lanjut dilakukan sosialisasi di seluruh kecamatan.
Meski demikian, sosialisasi ditekankan di daerah-daerah dengan jumlah kasus cukup tinggi, di antaranya Kecamatan Gemolong, Kecamatan Sragen, Kecamatan Tangen dan Kecamatan Sambungmacan.
"Kami sosialisasi juga edukasi ke masyarakat baik melalui media hingga melakukan sosialisasi ke gapoktan (gabungan kelompok tani). Jadi sosialisasi pencegahan, juga apabila ada kejadian terinfeksi harus diobati dulu, tidak boleh dipotong," katanya.
Baca juga: Peternak sapi diminta waspadai penyakit LSD
Sementara itu, terkait dengan penanganan, dikatakannya, salah satu yang dilakukan adalah memberikan vaksinasi kepada sebanyak 4.102 sapi yang sehat.
"Vaksin sudah kami berikan semua. Kalau pengajuan vaksin ke kementerian setidaknya setengah dari jumlah populasi sapi yang ada," katanya.
Sedangkan untuk sapi yang sakit akan dilakukan pengobatan. Sementara itu, upaya edukasi kepada masyarakat juga dilakukan terutama terkait dengan pencegahan LSD.
"Selain vaksin pencegahan, yang terpenting juga melaksanakan kesejahteraan hewan dengan membersihkan kandang setiap hari, memberikan pakan ternak bergizi dan mengamati kesehatan hewan," katanya.
Baca juga: 44 ekor sapi di Singkawang terindikasi terinfeksi penyakit mulut dan kuku
Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menyatakan terdapat sebanyak 685 sapi yang tersebar di 17 kecamatan di daerah tersebut terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Data terakhir ada 685 sapi yang terjangkit PMK," kata Kepala Distan Kabupaten Cirebon Asep Pamungkas di Cirebon, Rabu.
Menurutnya kasus PMK pertama ditemukan pada tanggal 18 Mei 2022, dan terus menyebar hingga saat ini tercatat sebanyak 685 ekor sapi.
Ia mengatakan saat melakukan pengecekan pada awal kasus itu merebak di beberapa daerah, sapi atau ternak yang ada di Kabupaten Cirebon, semua aman.
Namun, seiring berjalannya waktu, karena mendekati Idul Adha 1443 Hijriah, maka banyak pedagang yang mengambil sapi dari luar Cirebon, dan sedang terjangkit virus PMK.
Baca selengkapnya: 685 sapi di Cirebon terjangkit penyakit mulut dan kuku
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Penyebarannya di setiap kecamatan sudah ada. Dari seluruh populasi 70.000 ekor sapi, yang terinfeksi 1,1 persen," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Sragen Eka Rini Mumpuni Titi Lestari di Sragen, Jumat.
Ia mengatakan sebagai upaya tindak lanjut dilakukan sosialisasi di seluruh kecamatan.
Meski demikian, sosialisasi ditekankan di daerah-daerah dengan jumlah kasus cukup tinggi, di antaranya Kecamatan Gemolong, Kecamatan Sragen, Kecamatan Tangen dan Kecamatan Sambungmacan.
"Kami sosialisasi juga edukasi ke masyarakat baik melalui media hingga melakukan sosialisasi ke gapoktan (gabungan kelompok tani). Jadi sosialisasi pencegahan, juga apabila ada kejadian terinfeksi harus diobati dulu, tidak boleh dipotong," katanya.
Baca juga: Peternak sapi diminta waspadai penyakit LSD
Sementara itu, terkait dengan penanganan, dikatakannya, salah satu yang dilakukan adalah memberikan vaksinasi kepada sebanyak 4.102 sapi yang sehat.
"Vaksin sudah kami berikan semua. Kalau pengajuan vaksin ke kementerian setidaknya setengah dari jumlah populasi sapi yang ada," katanya.
Sedangkan untuk sapi yang sakit akan dilakukan pengobatan. Sementara itu, upaya edukasi kepada masyarakat juga dilakukan terutama terkait dengan pencegahan LSD.
"Selain vaksin pencegahan, yang terpenting juga melaksanakan kesejahteraan hewan dengan membersihkan kandang setiap hari, memberikan pakan ternak bergizi dan mengamati kesehatan hewan," katanya.
Baca juga: 44 ekor sapi di Singkawang terindikasi terinfeksi penyakit mulut dan kuku
Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menyatakan terdapat sebanyak 685 sapi yang tersebar di 17 kecamatan di daerah tersebut terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Data terakhir ada 685 sapi yang terjangkit PMK," kata Kepala Distan Kabupaten Cirebon Asep Pamungkas di Cirebon, Rabu.
Menurutnya kasus PMK pertama ditemukan pada tanggal 18 Mei 2022, dan terus menyebar hingga saat ini tercatat sebanyak 685 ekor sapi.
Ia mengatakan saat melakukan pengecekan pada awal kasus itu merebak di beberapa daerah, sapi atau ternak yang ada di Kabupaten Cirebon, semua aman.
Namun, seiring berjalannya waktu, karena mendekati Idul Adha 1443 Hijriah, maka banyak pedagang yang mengambil sapi dari luar Cirebon, dan sedang terjangkit virus PMK.
Baca selengkapnya: 685 sapi di Cirebon terjangkit penyakit mulut dan kuku
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023