Sejarawan asal Aceh Dr M Adli Abdullah memberikan apresiasi kepada Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang telah mengembalikan ratusan harta karun artefak bersejarah dari Belanda ke Indonesia.
 

“Artefak-artefak yang diboyong oleh Belanda itu memang seharusnya dikembalikan ke pemiliknya yakni rakyat Indonesia untuk disimpan dan dirawat dengan baik di Museum Nasional di Jakarta. Terima kasih kepada Belanda yang telah merawat dengan baik puluhan benda-benda bersejarah,” kata Adli dihubungi di Banda Aceh, Senin.
 

Ia menjelaskan proses pengembalian barang-barang bersejarah itu diadakan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, pada Senin (10/7) kepada Pemerintah Indonesia diwakili oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan-Riset dan Pendidikan Tinggi Hilmar Farid.

Baca juga: Ratusan artefak Dayak pukau pengunjung pameran di Swiss

Adli mengingatkan di era Jokowi berusaha mengembalikan barang-barang bersejarah milik anak negeri agar generasi muda Indonesia bisa mengetahui sejarah.
 

Ia mengatakan ada tiga cara menghancurkan suatu bangsa, yakni kaburkan sejarah, hancurkan bukti bukti sejarah bangsa itu sehingga tidak bisa diteliti dan dibuktikan kebenarannya dan putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya dengan mengatakan bahwa leluhur itu bodoh dan primitif.
 

Menurut dia dengan kembalinya ratusan artefak dari nusantara tersebut menjadi pelajaran untuk masa kini dan masa depan.
 

“Secara bertahap, barang-barang bersejarah yang diambil Belanda itu harus dikembalikan ke Indonesia sebagai tanda pengingat bagi generasi milenial, generasi Z dan sebagainya. Dari Aceh, Belanda membawa pulang Pintu Rumah Awe Geutah," katanya.

Demikian juga benda bersejarah dari seluruh pelosok Ibu Pertiwi bisa dapat dikembalikan pada tahapan selanjutnya, kata Adli yang juga dosen di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Baca juga: AS kembalikan tiga benda cagar budaya Indonesia miliaran rupiah



Ratusan artefak kebudayaan Dayak meliputi pisau apang (mandau), tato etnik, pakaian perang, peti jenazah, serta patung kayu ditampilkan dalam pameran Dayak: The Art of Head-Hunters yang diadakan di Museo delle Cultura, Lugano, Swiss. 

Fungsi Pensosbud KBRI Bern, Swiss, Ruth Yohanna, kepada ANTARA di London usai pembukaan pameran tersebut, Jumat mengatakan KBRI Bern menyampaikan apresiasi tinggi dan dukungan penuh pada pelaksanaan pameran ini.

"Dayak adalah salah satu etnis tua Indonesia yang masih terjaga dengan baik, kami sangat bangga bisa menyaksikan pameran budaya Dayak di Swiss ini, ujarnya.

Artefak-artefak itu akan dipajang selama sembilan bulan dari tanggal 28 September 2019 sampai 17 Mei 2020.Baca selengkapnya: Ratusan artefak Dayak dipamerkan di Swiss
 

Pewarta: M Ifdhal

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023