Praktisi kesehatan Dokter Spesialis Anak dr. Mega Oktariena mengimbau kepada seluruh orang tua agar mewaspadai stunting pada anak, dan mencegah sebelum usia anak menginjak dua tahun.
 
"Usia di bawah dua tahun itu golden period tumbuh kembang bayi, terutama perkembangan otak, yang dapat terjadi sampai 80 persen," katanya dalam diskusi memperingati Pekan ASI Sedunia, yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
 
Mega mengatakan pencegahan stunting pada anak yang berusia lebih dari dua tahun tetap bisa dilakukan, namun, hasilnya tidak akan semaksimal pada anak yang berusia di bawah dua tahun.

Hal tersebut, kata dia, diakibatkan oleh kebutuhan gizi yang berbeda. Sehingga perlu upaya lebih untuk mencegah stunting terjadi pada anak berusia lebih dari dua tahun.
 
Adapun salah satu ciri khas dari stunting, dia menyebutkan, adalah tinggi badan anak yang lebih kecil, dibandingkan dengan anak seusianya.
 
"Juga nantinya berpengaruh pada perkembangan otak, yang baru terlihat pada usia sekolah," ujar dokter yang praktik di Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta itu.
 
Mega menjelaskan perkembangan otak yang terhambat diiringi dengan penurunan kualitas intelektual, yang ditandai dengan kesulitan anak saat mempelajari pelajaran yang menggunakan nalar seperti matematika.

Oleh karena itu, ia mengimbau kepada seluruh orang tua agar selalu memantau berat badan, tinggi badan, serta perkembangan anak agar stunting dapat diintervensi.
 
Pemantauan perkembangan anak, kata dia, dapat dilakukan dengan rutin membawa anak ke posyandu setiap bulan. Dengan hal tersebut, maka intervensi dapat dilakukan sebelum usia anak menginjak dua tahun.

"Kalau sudah terlanjur, sudah usia lima tahun misalnya, maka orang tua perlu mendorong anak untuk menggali dan memaksimalkan bakatnya yang lain untuk memotivasinya" kata Mega Oktariena.
 


 Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Kayong Utara menganggarkan susu untuk penanganan stunting hingga Rp400 juta pada tahun 2023 ini.
 
 "Di tahun ini 2023 itu di bidang saya ada dana dari DAU dari APBD kabupaten Rp600 juta. Bentuknya Rp400 juta untuk pembelian susu ini ada susu ibu hamil dan susu bayi/balita, terdengar besar anggaran tersebut tapi kalau diubah jadi susu kecil nilainya," kata Kepala Bidang Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Efrizal Fariandi, di Sukadana, Senin.
 
Dalam pemberian bantuan susu tersebut menurutnya ditujukan bagi bayi dan ibu yang menyusui yang diduga mengalami stunting sehingga perlu penanganan khusus untuk perbaikan gizinya.
 
 "Yang mendapatkan susu memiliki klasifikasi sendiri seperti khusus bayi yang kurus itu bisa dibantu dengan susu. Terus kalau ibu hamil itu yang kita berikan yang KEK atau yang lingkar lengannya di bawah 23,5 cm atau ibu hamil yang kurus. Sedangkan ibu hamil yang sehat tidak kita berikan susunya," kata dia.Baca selengkapnya: Dinkes KKU anggarkan susu Rp400 juta untuk penanganan "stunting"

 

Pewarta: Sean Filo Muhamad

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023