Pengamat pertanian yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Irwan Sukri Banua mengatakan penggunaan varietas padi berumur pendek dapat menjadi solusi dalam menghadapi musim kemarau.
"Dalam menghadapi musim kemarau akibat El Nino ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan percepatan tanam," ujar Irwan Sukri Banua di Bandarlampung, Rabu.
Ia mengatakan untuk mempercepat masa tanam padi sebagai upaya mengantisipasi adanya musim kemarau, petani dapat menggunakan varietas padi yang memiliki umur panen pendek.
"Untuk percepatan tanam bisa memilih varietas padi berumur pendek seperti genjah yang umurnya kurang dari 100 hari. Lalu bisa juga varietas MAPAN 05 yang umurnya juga pendek," katanya.
Menurut dia, penggunaan varietas padi berumur pendek di musim kering tersebut dapat mengantisipasi tidak terisinya malai padi secara utuh akibat kekurangan air, yang mengakibatkan gagal panen.
"Karena kita khawatir saat pengisian malai itu akan kekurangan air jadi banyak padi yang tidak berisi, jadi bisa gunakan benih yang cepat panen. Semua varietas bisa dicoba terutama untuk kondisi sekarang ini semua berkejar dengan waktu untuk memanfaatkan sisa hujan," ucapnya.
Ia melanjutkan untuk areal sawah yang ada di rawa, petani pun bisa menggunakan varietas unggul lokal Ampai 1 dan 2.
"Di daerah rawa yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian bisa menggunakan varietas unggul Ampai 1 dan 2, karena ini merupakan sumberdaya genetik lokal yang sudah dibudidayakan secara konvensional di beberapa daerah seperti di Mesuji," tambahnya.
Varietas padi Ampai 1 dan 2 tersebut memiliki karakteristik cukup kuat dalam berbagai kondisi atau tahan cuaca, dimana gabah dari varietas tersebut mampu bertahan cukup lama di dalam tanah meski lingkungan memburuk dan akan kembali tumbuh bila kondisi sudah membaik.
Lalu produksinya pun cukup banyak dengan jumlah mencapai 10 ton per hektare, umur tanam 145 hari, dengan tinggi 183,7 centimeter, tekstur beras cukup keras dan memiliki batang tahan rebah.
Diketahui sebagai upaya mempersiapkan diri dalam menjaga ketahanan pangan dalam menghadapi El Nino pemerintah pusat telah melakukan berbagai hal salah satunya yang dilakukan Kementerian Pertanian dengan mempersiapkan percepatan tanam dalam gerakan tanam padi di berbagai daerah.
Selain itu dalam kunjungan beberapa waktu lalu ke Lampung tepatnya pada Rabu (2/8) Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pun mengatakan akan mempersiapkan penggunaan varietas tanaman pangan tahan kekeringan dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) guna mengantisipasi datangnya fenomena iklim El Nino di Indonesia.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar Florentinus Anum mengatakan realisasi tanaman padi di Kalbar periode Oktober 2022-Maret 2023 mencapai 191.909 hektare.
"Bersyukur luas tanam kita masih sesuai harapan. Angka luas tanam tersebut berdasarkan sistem informasi penguatan data pangan strategis," ujarnya di Pontianak, Kalbar, Selasa.
Ia menjelaskan dari realisasi luas tanam padi di Kalbar tersebut, tertinggi pencapaiannya di Kabupaten Landak yakni 49,439 hektare.
"Dua daerah terbesar lainnya disusul Kabupaten Sambas 31.563 hektare dan Kabupaten Sintang 18.976 hektare," papar dia.
Ia menyampaikan bahwa untuk periode tanam selanjutnya yakni April-September 2023 akan terus dikawal, sehingga target tanam 2022/2023 bisa tercapai 346.833 hektare.
"Nah, dengan tiga kali tanam dan produktivitas tiga ton per hektare, maka produksi capai 1.040.499 ton gabah kering giling. Artinya, dengan hal itu maka kita masih surplus," papar dia.
Menurutnya, pemerintah daerah melalui dinas terkait mendampingi dan mendorong petani untuk mengoptimalkan dan mempercepat masa tanam April-September 2023 dengan memanfaatkan masih cukup tersedianya air sampai dengan Juni 2023.
Kemudian, memastikan kesiapan saprodi, alsintan, antisipasi hama penyakit serta penanganan pascapanen dan mempersiapkan sarana dan prasarana dalam menghadapi musim kering yang diperkirakan pada Juni 2023.Baca berita selengkapnya: Realisasi tanam padi di Kalimantan Barat periode Oktober-Maret capai 191.909 ha
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Dalam menghadapi musim kemarau akibat El Nino ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan percepatan tanam," ujar Irwan Sukri Banua di Bandarlampung, Rabu.
Ia mengatakan untuk mempercepat masa tanam padi sebagai upaya mengantisipasi adanya musim kemarau, petani dapat menggunakan varietas padi yang memiliki umur panen pendek.
"Untuk percepatan tanam bisa memilih varietas padi berumur pendek seperti genjah yang umurnya kurang dari 100 hari. Lalu bisa juga varietas MAPAN 05 yang umurnya juga pendek," katanya.
Menurut dia, penggunaan varietas padi berumur pendek di musim kering tersebut dapat mengantisipasi tidak terisinya malai padi secara utuh akibat kekurangan air, yang mengakibatkan gagal panen.
"Karena kita khawatir saat pengisian malai itu akan kekurangan air jadi banyak padi yang tidak berisi, jadi bisa gunakan benih yang cepat panen. Semua varietas bisa dicoba terutama untuk kondisi sekarang ini semua berkejar dengan waktu untuk memanfaatkan sisa hujan," ucapnya.
Ia melanjutkan untuk areal sawah yang ada di rawa, petani pun bisa menggunakan varietas unggul lokal Ampai 1 dan 2.
"Di daerah rawa yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian bisa menggunakan varietas unggul Ampai 1 dan 2, karena ini merupakan sumberdaya genetik lokal yang sudah dibudidayakan secara konvensional di beberapa daerah seperti di Mesuji," tambahnya.
Varietas padi Ampai 1 dan 2 tersebut memiliki karakteristik cukup kuat dalam berbagai kondisi atau tahan cuaca, dimana gabah dari varietas tersebut mampu bertahan cukup lama di dalam tanah meski lingkungan memburuk dan akan kembali tumbuh bila kondisi sudah membaik.
Lalu produksinya pun cukup banyak dengan jumlah mencapai 10 ton per hektare, umur tanam 145 hari, dengan tinggi 183,7 centimeter, tekstur beras cukup keras dan memiliki batang tahan rebah.
Diketahui sebagai upaya mempersiapkan diri dalam menjaga ketahanan pangan dalam menghadapi El Nino pemerintah pusat telah melakukan berbagai hal salah satunya yang dilakukan Kementerian Pertanian dengan mempersiapkan percepatan tanam dalam gerakan tanam padi di berbagai daerah.
Selain itu dalam kunjungan beberapa waktu lalu ke Lampung tepatnya pada Rabu (2/8) Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pun mengatakan akan mempersiapkan penggunaan varietas tanaman pangan tahan kekeringan dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) guna mengantisipasi datangnya fenomena iklim El Nino di Indonesia.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar Florentinus Anum mengatakan realisasi tanaman padi di Kalbar periode Oktober 2022-Maret 2023 mencapai 191.909 hektare.
"Bersyukur luas tanam kita masih sesuai harapan. Angka luas tanam tersebut berdasarkan sistem informasi penguatan data pangan strategis," ujarnya di Pontianak, Kalbar, Selasa.
Ia menjelaskan dari realisasi luas tanam padi di Kalbar tersebut, tertinggi pencapaiannya di Kabupaten Landak yakni 49,439 hektare.
"Dua daerah terbesar lainnya disusul Kabupaten Sambas 31.563 hektare dan Kabupaten Sintang 18.976 hektare," papar dia.
Ia menyampaikan bahwa untuk periode tanam selanjutnya yakni April-September 2023 akan terus dikawal, sehingga target tanam 2022/2023 bisa tercapai 346.833 hektare.
"Nah, dengan tiga kali tanam dan produktivitas tiga ton per hektare, maka produksi capai 1.040.499 ton gabah kering giling. Artinya, dengan hal itu maka kita masih surplus," papar dia.
Menurutnya, pemerintah daerah melalui dinas terkait mendampingi dan mendorong petani untuk mengoptimalkan dan mempercepat masa tanam April-September 2023 dengan memanfaatkan masih cukup tersedianya air sampai dengan Juni 2023.
Kemudian, memastikan kesiapan saprodi, alsintan, antisipasi hama penyakit serta penanganan pascapanen dan mempersiapkan sarana dan prasarana dalam menghadapi musim kering yang diperkirakan pada Juni 2023.Baca berita selengkapnya: Realisasi tanam padi di Kalimantan Barat periode Oktober-Maret capai 191.909 ha
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023