Direktur Rumah Sakit (RS) Indonesia, Atef al-Kahlout, meminta Pemerintah Indonesia untuk memberikan perlindungan penuh pada RS Indonesia di Jalur Gaza.
“Di sini, dari jantung Rumah Sakit Indonesia, meminta pemerintah agar memberikan perlindungan penuh kepada seluruh pekerja, seluruh pasien dan para pengungsi yang berada di dalam rumah sakit yang jumlahnya sudah mencapai lebih dari 5000 orang,” kata Atef dalam keterangan tertulis MER-C Indonesia yang diterima di Jakarta, Minggu.
Atef juga mengatakan bahwa RS Indonesia sudah diserang dan dibom sejak hari pertama yang mengakibatkan dua orang pekerja meninggal dunia.
Pihak RS Indonesia meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk menekan negara yang terlibat serangan ke Jalur Gaza agar menghentikan serangan kepada RS Indonesia.
“Kami meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk menekan penjajah agar menghentikan serangan terhadap Rumah Sakit Indonesia,” kata Atef.
Atef melanjutkan, pihak RS Indonesia percaya pada Pemerintah Indonesia akan mampu untuk menghentikan serangan terhadap rakyat Palestina dan memberikan perlindungan kepada rumah tamu Indonesia.
“Kami sangat yakin pemerintah Indonesia mampu memberikan tekanan kuat kepada PBB, kepada USA (Amerika Serikat), kepada penjajah untuk menghentikan serangan kepada rumah sakit,” ucap Atef.
Direktur RS Indonesia di Gaza tersebut juga meminta Pemerintah Indonesia untuk melakukan tekanan kepada semua negara yang terlibat serangan ke Jalur Gaza agar segera menghentikan serangan.
“Kami memohon kepada Pemerintah Indonesia untuk melakukan tekanan terhadap semua, kepada Amerika, kepada Inggris, kepada Prancis, kepada PBB, agar segera menghentikan serangan terhadap Jalur Gaza,” kata Atef.
Baca juga: Rumah Sakit Badau di perbatasan Indonesia - Malaysia belum miliki dokter spesialis
Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza berharap percepatan bantuan obat-obatan segera masuk ke Gaza utara, di tengah blokade dan serangan tiada henti Israel ke daerah kantong padat penduduk tersebut.
"Banyak pasien yang dirawat di RS Indonesia dan mengatakan bahwa mereka belum mendapatkan obat-obatan selama beberapa hari," kata seorang relawan organisasi kemanusiaan MER-C, Fikri Rofiul Haq saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Sabtu.
Pada 13 Oktober lalu, Israel menyerukan sekitar 1,1 juta penduduk Jalur Gaza di bagian utara untuk mengungsi ke wilayah Gaza selatan --dekat perbatasan Rafah yang merupakan pintu perbatasan Jalur Gaza dan Mesir.
Pada 21 Oktober, truk-truk bantuan kemanusiaan untuk pertama kalinya memasuki Jalur Gaza melalui pintu lintas batas Rafah sejak perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober.
Namun, Fikri, seorang WNI yang telah tinggal di Gaza sejak 2020, mengatakan bantuan-bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Jalur Gaza belum dapat sampai ke Gaza utara karena Israel terus melakukan serangan dan pemboman di Jalur Gaza, terutama di Gaza tengah.Baca juga: RS Indonesia di Gaza harap percepatan bantuan obat-obatan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023