Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menerapkan kesiapsiagaan tinggi seiring terjadinya lonjakan kasus DBD di daerah itu dalam tiga bulan terakhir.
"Kita siaga karena puncak wabah DBD diprediksi terjadi pada April ini, sehingga masyarakat diimbau untuk waspada," kata Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Tulungagung, Desi Lusiana Wardani di Tulungagung, Minggu.
Disebutkan, tren kasus telah melonjak dalam tiga bulan terakhir.
Pada Januari kasus DBD yang tercatat dilaporkan ke Dinkes Tulungagung sebanyak 56 kasus.
Sejak itu pergerakan kasus terus naik sehingga pada Februari dilaporkan ada 89 kasus DBD, Maret naik lagi dua kali lipat menjadi 196 kasus.
Bulan ini, pekan pertama April angka kasus baru hingga 5 April dilaporkan sebanyak 20 kasus.
Dalam kurun tiga bulan hingga pekan pertama April tersebut, dinkes mencatat sudah ada sembilan orang meninggal dunia karena DBD.
"Untuk yang meninggal totalnya sembilan orang, dengan rincian Januari dua orang, Februari tiga orang, Maret empat orang," papar Desi.
Lonjakan kasus selama tiga bulan terakhir telah melebihi angka DBD selama tahun 2023 yang hanya mencapai 206 kasus.
Menurut Desi, merebaknya demam berdarah tersebut merupakan siklus lima tahunan.
Tak hanya itu kondisi cuaca yang kerap berubah-ubah dari hujan ke panas, membuat nyamuk Aedes aegypti berkembang lebih cepat.
"Kami memprediksi puncak kasus DBD tahun ini terjadi pada April, sehingga kami mengimbau masyarakat untuk lebih waspada," ucapnya.
Lanjut dia, temuan kasus DBD tahun ini merata hampir di seluruh kecamatan di Tulungagung.
Para pasien saat ini dirawat di sejumlah puskesmas dan rumah sakit swasta maupun pemerintah.
Meski jumlah kasus mengalami peningkatan tajam, Desi menyebut belum masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sebab penentuan KLB harus memenuhi beberapa parameter, katanya.
"Untuk melakukan penanggulangan kasus DBD, selain fogging (pengasapan) , kami gencar menggalakkan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Kita siaga karena puncak wabah DBD diprediksi terjadi pada April ini, sehingga masyarakat diimbau untuk waspada," kata Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Tulungagung, Desi Lusiana Wardani di Tulungagung, Minggu.
Disebutkan, tren kasus telah melonjak dalam tiga bulan terakhir.
Pada Januari kasus DBD yang tercatat dilaporkan ke Dinkes Tulungagung sebanyak 56 kasus.
Sejak itu pergerakan kasus terus naik sehingga pada Februari dilaporkan ada 89 kasus DBD, Maret naik lagi dua kali lipat menjadi 196 kasus.
Bulan ini, pekan pertama April angka kasus baru hingga 5 April dilaporkan sebanyak 20 kasus.
Dalam kurun tiga bulan hingga pekan pertama April tersebut, dinkes mencatat sudah ada sembilan orang meninggal dunia karena DBD.
"Untuk yang meninggal totalnya sembilan orang, dengan rincian Januari dua orang, Februari tiga orang, Maret empat orang," papar Desi.
Lonjakan kasus selama tiga bulan terakhir telah melebihi angka DBD selama tahun 2023 yang hanya mencapai 206 kasus.
Menurut Desi, merebaknya demam berdarah tersebut merupakan siklus lima tahunan.
Tak hanya itu kondisi cuaca yang kerap berubah-ubah dari hujan ke panas, membuat nyamuk Aedes aegypti berkembang lebih cepat.
"Kami memprediksi puncak kasus DBD tahun ini terjadi pada April, sehingga kami mengimbau masyarakat untuk lebih waspada," ucapnya.
Lanjut dia, temuan kasus DBD tahun ini merata hampir di seluruh kecamatan di Tulungagung.
Para pasien saat ini dirawat di sejumlah puskesmas dan rumah sakit swasta maupun pemerintah.
Meski jumlah kasus mengalami peningkatan tajam, Desi menyebut belum masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sebab penentuan KLB harus memenuhi beberapa parameter, katanya.
"Untuk melakukan penanggulangan kasus DBD, selain fogging (pengasapan) , kami gencar menggalakkan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024