Ratusan warga Tionghoa Kota Pontianak merayakan tradisi bakcang yang digelar Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Pontianak di Taman Alun-Alun Kapuas.

"Perayaan hari bakcang tiga tahun yang lalu hanya menggunakan kapal tahun ini sudah ada panggung dan acara meriah," ujar Ketua MABT Pontianak, Hendri Pangestu Lim di Pontianak, Senin.

Ia menjelaskan terdapat tiga agenda yang diselenggarakan MABT Pontianak salah satunya adalah bakcang.

"Jadi ada tiga agenda DPD MABT dan kita didukung oleh Pemkot Pontianak, mudah-mudahan di dua agenda ini, salah satunya di bakcang dan kue bulan, bisa diagendakan lagi untuk acara tahunan," katanya.

Acara tersebut dimeriahkan oleh atraksi barongsai, musik tradisional Tionghoa, tarian, lomba makan bakcang, dan menyusuri Sungai Kapuas sambil melempar bakcang.

"Melempar bakcang di sungai artinya memberi makan pada binatang yang buas," katanya.

Menurut sejarah singkat perayaan bakcang yang disampaikan Rudi, acara tersebut untuk menghormati seorang pejabat pada masa Dinasti Couw yang menenggelamkan dirinya  ke Sungai Miluo. Bakcang sendiri adalah nasi yang didalamnya berisi daging yang dibungkus dengan daun.

"Singkat cerita agar binatang buas itu tidak makan jenazahnya, maka dilempar bakcang untuk dimakan binatang buas," katanya.

"Kalau mandi-mandi agar mensucikan, terdapat aura positif dari matahari maka mandilah dari jam 11-1 siang, menyucikan diri dari jam segitu ada aura positif," katanya.

Pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Pemkot Pontianak agar perayaan bakcang menjadi agenda tahunan, termasuk juga agenda kue bulan.

Sementara Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan SDM Pemkot Pontianak Rusdalita sangat mendukung perayaan bakcang.

"Hal ini terkait dengan budaya, jadi kalau bisa tiap tahun tetap diadakan," katanya.

Ia juga mengucapkan selamat merayakan Hari Bakcang 2024 pada masyarakat Tionghoa.

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024