Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat Nur Asyura Anggini Sari mengatakan inflasi di provinsi tersebut terkendali karena masih dalam rentang target.
"Inflasi di Kalbar masih cukup terkendali. Tercatat inflasi tahunan di Kalbar pada Mei 2024 mencapai sebesar 2,84 persen. Target inflasi di Kalbar 2024 ini 2,5 persen (kurang atau lebih 1 persen). Masih sisa tujuh bulan ini dan terus kami kawal," ujarnya di Pontianak, Sabtu.
Ia menjelaskan untuk mengawal dan pengendalian inflasi di Kalbar, pihaknya terus memperkuat sinergi dengan pemerintah provinsi maupun kabupaten atau kota mengendalikan inflasi daerah dan termasuk menghadapi dampak perubahan iklim.
"Sebagaimana arahan Presiden dalam Rakornas TPID, perubahan iklim menjadi tantangan bersama karena berdampak pada pasokan kebutuhan masyarakat berupa komoditas pangan," kata dia.
Ia mengatakan saat ini daerah diarahkan ada produk unggulan dan pihaknya fokus ke komoditas penyumbang inflasi daerah.
"Komoditas penyumbang inflasi daerah terus dikawal bersama seperti beras, cabai dan lainnya. Komoditas itu menjadi perhatian mulai dari sisi hulu hingga hilirnya," kata dia.
Untuk komoditas pangan berupa padi atau beras, intervensi bersama pemerintah daerah seperti optimalisasi lahan rawa.
"Optimalisasi lahan rawa untuk produksi pada menjadi hal penting untuk meningkatkan produksi beras di Kalbar. Hal itu agar kebutuhan bisa terpenuhi. Kebutuhan terpenuhi berkorelasi pada inflasi yang terkendali," papar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Inflasi di Kalbar masih cukup terkendali. Tercatat inflasi tahunan di Kalbar pada Mei 2024 mencapai sebesar 2,84 persen. Target inflasi di Kalbar 2024 ini 2,5 persen (kurang atau lebih 1 persen). Masih sisa tujuh bulan ini dan terus kami kawal," ujarnya di Pontianak, Sabtu.
Ia menjelaskan untuk mengawal dan pengendalian inflasi di Kalbar, pihaknya terus memperkuat sinergi dengan pemerintah provinsi maupun kabupaten atau kota mengendalikan inflasi daerah dan termasuk menghadapi dampak perubahan iklim.
"Sebagaimana arahan Presiden dalam Rakornas TPID, perubahan iklim menjadi tantangan bersama karena berdampak pada pasokan kebutuhan masyarakat berupa komoditas pangan," kata dia.
Ia mengatakan saat ini daerah diarahkan ada produk unggulan dan pihaknya fokus ke komoditas penyumbang inflasi daerah.
"Komoditas penyumbang inflasi daerah terus dikawal bersama seperti beras, cabai dan lainnya. Komoditas itu menjadi perhatian mulai dari sisi hulu hingga hilirnya," kata dia.
Untuk komoditas pangan berupa padi atau beras, intervensi bersama pemerintah daerah seperti optimalisasi lahan rawa.
"Optimalisasi lahan rawa untuk produksi pada menjadi hal penting untuk meningkatkan produksi beras di Kalbar. Hal itu agar kebutuhan bisa terpenuhi. Kebutuhan terpenuhi berkorelasi pada inflasi yang terkendali," papar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024