Penjabat Gubernur (Pj) Kalimantan Barat Harisson meminta Dinas Perkebunan dan Peternakan provinsi itu untuk meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat guna mencegah penyebaran penyakit rabies pada hewan peliharaan masyarakat.
"Saya sudah meminta Disbunak untuk terus menggencarkan sosialisasi ke masyarakat di setiap kabupaten/kota. Saya juga menekankan pentingnya menjaga ketersediaan stok vaksin di setiap daerah," kata Harisson di Pontianak, Rabu.
Harisson juga meminta kepada para bupati dan wali kota di provinsi itu untuk memastikan stok vaksin tetap terjaga dengan baik. Stok vaksin di Pemprov Kalbar saat ini cukup tersedia, jadi tidak ada alasan untuk kekurangan vaksin di daerah-daerah.
Baca juga: Tiga warga Kapuas Hulu tertular rabies
Dia menambahkan ketersediaan vaksin yang memadai dan distribusi yang merata sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit hewan, yang bisa berdampak buruk pada kesehatan masyarakat dan perekonomian daerah. Dengan vaksin yang cukup dan distribusi yang tepat, diharapkan penyebaran rabies dapat dikendalikan dengan lebih efektif.
"Saya berharap dengan langkah-langkah ini, Kalimantan Barat dapat terus menjaga kondisi kesehatan hewan yang baik dan mendukung kesejahteraan peternak serta masyarakat secara keseluruhan," tuturnya.
Data terbaru dari Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Provinsi Kalimantan Barat mencatat lima kasus kematian akibat rabies dari Januari hingga Juni 2024.
Tiga kasus terjadi di Kabupaten Landak, satu di Kabupaten Mempawah, dan satu di Kabupaten Bengkayang. Kondisi ini memicu perhatian serius dari pemerintah daerah untuk meningkatkan upaya pencegahan rabies.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar Heronimus Hero mengatakan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memberikan vaksin kepada hewan penular rabies menjadi salah satu penyebab utama masih tingginya kasus rabies. Selain itu, masyarakat cenderung menyepelekan penanganan kasus gigitan hewan, yang sering kali berujung fatal.
Baca juga: Lima orang di Kalbar meninggal dunia akibat rabies
"Sebagai langkah preventif, Disbunak Kalbar akan meningkatkan sosialisasi pengendalian rabies di berbagai daerah. Saat ini kami juga mendistribusikan vaksin ke 14 kabupaten/kota di Kalbar sebagai bagian dari upaya pencegahan," tuturnya.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar, jumlah kasus kematian akibat rabies dalam kurun Januari hingga Juni 2024, tercatat lima kasus.
Dalam kurun Januari-Juni 2024, tercatat sebanyak 3.075 kasus gigitan hewan penular rabies yang didominasi hewan peliharaan anjing. Sedangkan tingkat gigitan pada 2022, cukup tinggi, yakni mencapai 6.970 kasus, yang mengakibatkan 16 orang meninggal dunia.
Baca juga: Pemkab Kubu Raya gencarkan sosialisasi antisipasi kasus rabies
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Saya sudah meminta Disbunak untuk terus menggencarkan sosialisasi ke masyarakat di setiap kabupaten/kota. Saya juga menekankan pentingnya menjaga ketersediaan stok vaksin di setiap daerah," kata Harisson di Pontianak, Rabu.
Harisson juga meminta kepada para bupati dan wali kota di provinsi itu untuk memastikan stok vaksin tetap terjaga dengan baik. Stok vaksin di Pemprov Kalbar saat ini cukup tersedia, jadi tidak ada alasan untuk kekurangan vaksin di daerah-daerah.
Baca juga: Tiga warga Kapuas Hulu tertular rabies
Dia menambahkan ketersediaan vaksin yang memadai dan distribusi yang merata sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit hewan, yang bisa berdampak buruk pada kesehatan masyarakat dan perekonomian daerah. Dengan vaksin yang cukup dan distribusi yang tepat, diharapkan penyebaran rabies dapat dikendalikan dengan lebih efektif.
"Saya berharap dengan langkah-langkah ini, Kalimantan Barat dapat terus menjaga kondisi kesehatan hewan yang baik dan mendukung kesejahteraan peternak serta masyarakat secara keseluruhan," tuturnya.
Data terbaru dari Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Provinsi Kalimantan Barat mencatat lima kasus kematian akibat rabies dari Januari hingga Juni 2024.
Tiga kasus terjadi di Kabupaten Landak, satu di Kabupaten Mempawah, dan satu di Kabupaten Bengkayang. Kondisi ini memicu perhatian serius dari pemerintah daerah untuk meningkatkan upaya pencegahan rabies.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar Heronimus Hero mengatakan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memberikan vaksin kepada hewan penular rabies menjadi salah satu penyebab utama masih tingginya kasus rabies. Selain itu, masyarakat cenderung menyepelekan penanganan kasus gigitan hewan, yang sering kali berujung fatal.
Baca juga: Lima orang di Kalbar meninggal dunia akibat rabies
"Sebagai langkah preventif, Disbunak Kalbar akan meningkatkan sosialisasi pengendalian rabies di berbagai daerah. Saat ini kami juga mendistribusikan vaksin ke 14 kabupaten/kota di Kalbar sebagai bagian dari upaya pencegahan," tuturnya.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar, jumlah kasus kematian akibat rabies dalam kurun Januari hingga Juni 2024, tercatat lima kasus.
Dalam kurun Januari-Juni 2024, tercatat sebanyak 3.075 kasus gigitan hewan penular rabies yang didominasi hewan peliharaan anjing. Sedangkan tingkat gigitan pada 2022, cukup tinggi, yakni mencapai 6.970 kasus, yang mengakibatkan 16 orang meninggal dunia.
Baca juga: Pemkab Kubu Raya gencarkan sosialisasi antisipasi kasus rabies
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024