Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Setia Diarta, mengungkapkan pihaknya mendorong pertumbuhan industri agro di setiap daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

"Industri Agro ini mencakup tujuh sektor utama seperti industri makanan, minuman, hasil kebun, kertas, percetakan, olahan kayu, dan kerucut, mencatatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,84 persen hingga tahun 2024," kata Setia Diarta saat memberikan paparan terkait kondisi industri agro dalam kegiatan Kapuas Economic Forum yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia perwakilan Kalimantan Barat, Rabu.

Dia menjelaskan, pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan dengan capaian pada tahun 2023 dan 2020, serta berkontribusi lebih dari 51 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan. Sektor agro juga mencatat surplus perdagangan sebesar 17,91 persen.

"Total investasi di industri agro saat ini mencapai hampir Rp90 triliun," tuturnya.

Menurutnya, sektor Agro memiliki daya saing tinggi, terutama di industri kelapa sawit, di mana Indonesia menjadi produsen terbesar dunia. Setia menekankan pentingnya melindungi industri sawit dari kampanye negatif yang sering menyerang produk kelapa sawit Indonesia.

Produksi sawit Indonesia pada 2023 mencapai 250 juta tandan buah segar, dengan produksi minyak sawit mentah (CPO) berkisar antara 50 hingga 51 juta ton.

Namun, menurut Setia, tantangan utama yang dihadapi industri agro adalah ketergantungan terhadap bahan baku dan bahan penolong dari luar negeri, terutama di industri makanan dan minuman. "Beberapa komoditas, seperti garam, masih harus diimpor karena spesifikasi yang dibutuhkan oleh industri," katanya.

Kemenperin juga mengakui masih ada pekerjaan rumah terkait utilisasi kapasitas industri agro yang belum kembali sepenuhnya seperti sebelum pandemi COVID-19. Peningkatan produktivitas menjadi fokus utama, terutama di sektor kelapa sawit.

"Saat ini, produktivitas kelapa sawit swasta mencapai 20-24 ton per hektare, sementara perusahaan negara hanya mencapai 18-20 ton per hektare. Ada tantangan besar dalam meningkatkan produktivitas, terutama di perkebunan rakyat yang hanya 6-8 ton per hektare," kata Setia.

Kemenperin berkomitmen untuk memperkuat struktur industri dan ekosistem industrialisasi melalui riset, inovasi, peningkatan standar SDM, dan penerapan teknologi baru. Setia juga menyoroti kebijakan yang akan mendukung sektor agro, termasuk insentif investasi melalui program tax allowance dan tax holiday.

Di tengah tantangan global seperti regulasi European Union Deforestation Regulation (EUDR), Kemenperin akan terus berupaya menjaga daya saing industri sawit. Targetnya, pada tahun 2045, produksi CPO Indonesia bisa mencapai 100 juta ton, dua kali lipat dari produksi saat ini.

"Produktivitas dan pemanfaatan lahan harus menjadi prioritas utama, terutama di wilayah Kalimantan Barat yang memiliki luas area sawit mencapai 1,8 juta hektare. Dengan pengelolaan yang lebih baik, produktivitas TBS (tandan buah segar) bisa meningkat secara signifikan," tuturnya.

Dengan penguatan di berbagai sektor, pemerintah menargetkan kontribusi industri terhadap PDB nasional meningkat menjadi 21,9 persen pada 2029, seiring dengan pengembangan sektor agro dan penguatan kompetensi SDM.


 

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024