Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menerima laporan adanya warga Desa Parebok Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten, bernama Badaruzaman (52) ditemukan tewas setelah diterkam buaya saat mandi di sungai.
"Jenazah korban ditemukan sekitar pukul 23.00 WIB di seberang Sungai Parebok. Berjarak sekitar 25 meter dari lokasi kejadian, di bawah pohon pisang," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur Multazam di Sampit, Selasa.
Serangan buaya itu terjadi saat korban mandi di Sungai Parebok yang tidak terlalu lebar. Saat itu korban baru selesai bekerja menghanyutkan buah kelapa yang baru dipanen.
Aktivitas ini sudah sering dilakukan korban. Apalagi rumah korban memang berada di pinggir sungai yang bermuara ke Sungai Mentaya tersebut.
Namun nahas terjadi. Diduga saat mandi, korban tidak menyadari kemunculan buaya yang berukuran besar tersebut. Satwa itu langsung menerkam tubuh korban dan membawanya ke dalam sungai.
Kejadian ini kemudian terdengar warga. Kakak korban yakni Badarudin yang mencari korban dengan tongkat bambu, sempat menemukan buaya dengan posisi tubuh korban di mulut buaya.
Kakak korban menangkap kaki korban namun terlepas. Buaya besar itu menarik tangan korban dan kemudian membawanya kembali ke dalam sungai.
Warga kemudian meminta bantuan sejumlah pihak terkait seperti BKSDA, BPBD, SAR, Polsek dan TNI AL. Pencarian pun dilakukan dengan menyisir sungai kecil tersebut menggunakan perahu maupun di sepanjang bantaran sungai.
BPBD Kotawaringin Timur yang menerima laporan tersebut menurunkan Tim Reaksi Cepat dari Sampit menempuh jarak sekitar 56 kilometer menuju Parebok dan bergabung bersama warga serta tim lainnya.
Sekitar pukul 23.00 WIB, jenazah Badaruzaman ditemukan di bawah pohon pisang dengan luka di beberapa bagian tubuh. Jenazah korban kemudian dibersihkan dan dibawa ke rumah duka.
Sementara itu warga melanjutkan pencarian dan mengejar buaya pemangsa tersebut. Sesudah dicari dan ditemukan, buaya ditombak warga, buaya dengan panjang lebih dari tiga meter itu lari ke darat.
"Sekitar pukul 24.15 WIB, buaya ditemukan di darat. Sementara itu jenazah korban sudah dibersihkan dan dikafani untuk dimakamkan," ujar Multazam.
Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Sampit, Muriansyah mengaku juga mendapat laporan terkait kejadian itu pada Senin (21/10) malam.
"Kami mendapat laporan dari kepala desa setempat dan langsung berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait," kata Muriansyah.
BKSDA mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai, khususnya saat hari gelap karena rawan serangan buaya. Terlebih saat musim kawin seperti sekarang ini, buaya biasanya lebih agresif mencari mangsa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Jenazah korban ditemukan sekitar pukul 23.00 WIB di seberang Sungai Parebok. Berjarak sekitar 25 meter dari lokasi kejadian, di bawah pohon pisang," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur Multazam di Sampit, Selasa.
Serangan buaya itu terjadi saat korban mandi di Sungai Parebok yang tidak terlalu lebar. Saat itu korban baru selesai bekerja menghanyutkan buah kelapa yang baru dipanen.
Aktivitas ini sudah sering dilakukan korban. Apalagi rumah korban memang berada di pinggir sungai yang bermuara ke Sungai Mentaya tersebut.
Namun nahas terjadi. Diduga saat mandi, korban tidak menyadari kemunculan buaya yang berukuran besar tersebut. Satwa itu langsung menerkam tubuh korban dan membawanya ke dalam sungai.
Kejadian ini kemudian terdengar warga. Kakak korban yakni Badarudin yang mencari korban dengan tongkat bambu, sempat menemukan buaya dengan posisi tubuh korban di mulut buaya.
Kakak korban menangkap kaki korban namun terlepas. Buaya besar itu menarik tangan korban dan kemudian membawanya kembali ke dalam sungai.
Warga kemudian meminta bantuan sejumlah pihak terkait seperti BKSDA, BPBD, SAR, Polsek dan TNI AL. Pencarian pun dilakukan dengan menyisir sungai kecil tersebut menggunakan perahu maupun di sepanjang bantaran sungai.
BPBD Kotawaringin Timur yang menerima laporan tersebut menurunkan Tim Reaksi Cepat dari Sampit menempuh jarak sekitar 56 kilometer menuju Parebok dan bergabung bersama warga serta tim lainnya.
Sekitar pukul 23.00 WIB, jenazah Badaruzaman ditemukan di bawah pohon pisang dengan luka di beberapa bagian tubuh. Jenazah korban kemudian dibersihkan dan dibawa ke rumah duka.
Sementara itu warga melanjutkan pencarian dan mengejar buaya pemangsa tersebut. Sesudah dicari dan ditemukan, buaya ditombak warga, buaya dengan panjang lebih dari tiga meter itu lari ke darat.
"Sekitar pukul 24.15 WIB, buaya ditemukan di darat. Sementara itu jenazah korban sudah dibersihkan dan dikafani untuk dimakamkan," ujar Multazam.
Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Sampit, Muriansyah mengaku juga mendapat laporan terkait kejadian itu pada Senin (21/10) malam.
"Kami mendapat laporan dari kepala desa setempat dan langsung berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait," kata Muriansyah.
BKSDA mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai, khususnya saat hari gelap karena rawan serangan buaya. Terlebih saat musim kawin seperti sekarang ini, buaya biasanya lebih agresif mencari mangsa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024