Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3KB) Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat melakukan intervensi spesifik dan sensitif terhadap 17.895 bayi di bawah lima tahun (balita) untuk penurunan angka stunting.

"Kami melakukan secara bersama-sama terkoordinasi dengan stakeholder, tidak hanya balita tapi juga keluarga berisiko, calon pengantin, dan ibu hamil," kata Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan, dan Kesejahteraan Keluarga DP3KB Kubu Raya, Nani Nila Kusuma, Sabtu.

Sebanyak 17.895 balita tersebut tersebar di Kecamatan Terentang sebanyak 687 anak, lalu di Kecamatan Sungai Raya (8.677), Kecamatan Sungai Kakap (5.290), Kecamatan Sungai Ambawang (2.586), dan di Kecamatan Teluk Pakedai sebanyak 775 anak balita.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Kubu Raya tahun 2023 adalah 25,4 persen dan pada 2024 ditargetkan 22,98 persen.

Adapun intervensi spesifik yang dilakukan adalah dengan pemberian makanan pendamping ASI, serta sanitasi dan air bersih. Sedangkan intervensi sensitif lebih kepada makanan atau suplemen pada balita yang disasar.

"Kita juga lihat sanitasinya dengan memberi bantuan untuk tempat air minum dan lain sebagainya, kemudian ada juga bapak-bapak asuh, memberi bantuan-bantuan telur, dan lain sebagainya seperti makanan sehat untuk si anak," kata dia.

Kubu Raya telah melakukan program inovasi dan prioritas praktik baik seperti program seledri, pengadaan USG portable di desa, sistem informasi geospasial dan WBGIS Kepong Balol, Posyandu Integrasi Sehar Ceria (Ponsera), Gerakan Remaja Cegah Stunting (Gera Ceting), program inovasi mandiri puskesmas, gemar makan ikan hingga pengadaan alat ukur panjang badan.

Sekretaris Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalbar, Muslimat, menyebut ada Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang membantu penurunan angka stunting di setiap daerah.

TPPS itu ada di setiap kabupaten dan kota di Kalbar. TPPS yang berasal dari berbagai stakeholder itu membantu untuk memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia enam bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sehat, memantau tumbuh kembang anak secara rutin, hingga menjaga kebersihan lingkungan.

"Karena stunting itu kan ada dua yang pengaruh yakni gizi spesifik dan gizi sensitif. Yang gizi spesifik ini kan sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Yang gizi sensitif ini yang dikolaborasikan dengan semua sektor," kata dia.

Pewarta: Ridho Panji Pradana

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024