Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Isyana Bagoes Oka mengatakan pihaknya tengah mendorong konsumsi pangan lokal bergizi sesuai potensi desa untuk mencegah stunting sejak dini.
Ia menjelaskan, dengan sumber pangan lokal yang banyak dan memanfaatkannya dengan maksimal akan mempermudah masyarakat di desa dalam memenuhi konsumsi makanan yang bergizi bagi anak dan keluarganya.
"Seperti di sini banyak singkong, ada nasi tiwul, untuk buah-buahan ada jambu, nanas, pisang, nanti tinggal dilengkapi dengan protein. Sebenarnya pangan lokal ini bisa diberdayakan, namun harus ada edukasi juga terkait pengelolaan buah, atau pangan lokal untuk menjadi makanan yang enak, bergizi dan bisa dimakan oleh anak-anak," katanya.
Sebab, katanya, ada sejumlah kasus stunting tertentu yang ternyata terkait dengan tidak bervariasinya olahan makanan bagi anak, sehingga dibutuhkan inovasi jenis makanan yang dapat meningkatkan nafsu makan anak.
"Untuk kasus tertentu anaknya makan bagus ternyata berat susah bertambah karena anak tersebut tidak mau makan selain nasi dan kuah tanpa protein. Jadi perlu usaha dan inovasi mengolah makanan untuk anak, terlebih lagi kalau anak sudah melakukan gerakan tutup mulut maka akan kesulitan tanpa adanya inovasi pengolahan pangan," katanya.
Menurut dia, maka perlu juga dilakukan edukasi tentang cara mengolah makanan yang lebih kreatif agar konsumsi makanan anak memenuhi standar yang ditetapkan, sehingga bisa mengurangi stunting.
"Kami akan terus berkoordinasi, salah satunya dengan Puskesmas untuk melakukan perlakuan khusus melihat kondisi anak, apakah memiliki gangguan dalam penyerapan makanan di tubuh atau penyebab lainnya. Harapannya dengan menggunakan pangan lokal serta inovasi mengelolanya, semakin banyak anak kita yang sehat," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024