Anggota Unit Kelompok Kerja Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Meitha Pingkan Esther T. Sp.A (K) menyampaikan beberapa kiat dalam melatih anak agar bisa secara mandiri menggunakan toilet untuk berkemih maupun buang air besar.
Dalam webinar mengenai toilet training anak yang diikuti dari Jakarta, Selasa, dia menyarankan orang tua untuk mengatur jadwal latihan menggunakan toilet bagi anak.
"Kita bisa mengajak anak ke kamar mandi setiap 90 menit. Kalau tidak buang air kecil, interval berikutnya kita mungkin pendekkan kita bisa bikin 60 menit. Kalau anak itu buang air kecil, jadwal ke toiletnya itu kita kembalikan ke 90 menit, sehingga di sini anak akan diajar menunggu sampai dia dibawa ke toilet," ia menjelaskan.
Ia juga mengemukakan perlunya orang tua memberikan penguatan agar anak bisa bertahan duduk di toilet selama tiga menit atau lebih.
Menurut dia, orang tua bisa mengajak anak bernyanyi atau membawakan anak mainan agar anak lebih tenang, tetapi tetap ingat bahwa dia sedang berada di toilet karena perlu berkemih atau buang air besar.
Jika selama jeda ke kamar mandi anak berkemih di celana atau mengompol, maka orang tua bisa melakukan koreksi dengan melibatkan anak dalam mengatasi konsekuensi.
"Kita bisa melakukan prosedur koreksi berupa minta anak membantu membersihkan sebanyak anak mampu. Dan hal ini jangan dilakukan secara menghukum, ini dilakukan agar anak mengalami konsekuensi alami dan dapat dijadikan pencegahan terjadinya accident lagi," kata dokter Meitha.
Orang tua perlu memperhatikan frekuensi anak mengompol. Kalau anak terlalu sering berkemih di celana, maka orang tua sebaiknya mempersingkat jadwal kunjungan ke toilet.
Dokter Meitha juga menyarankan orang tua tidak memakaikan popok atau celana dalam selain pada waktu tidur siang atau malam pada tahap awal toilet training.
Guna mendukung pelaksanaan pelatihan menggunakan toilet, orang tua bisa menyediakan alat pendukung seperti sisipan di dudukan toilet agar anak lebih nyaman atau menaruh tangga di bangku toilet untuk memudahkan anak.
Dokter Meitha menyampaikan perlunya orang tua dan anggota keluarga mengapresiasi setiap kemajuan yang dicapai anak dalam tahapan toilet training sampai tujuan pelatihan tercapai.
Proses pembelajaran bisa dikatakan berhasil kalau anak secara alami pergi ke toilet ketika hendak berkemih atau buang air besar serta bisa melakukan keperluannya secara mandiri, termasuk membersihkan diri dan mengenakan celana sendiri.
"Jadi ini sudah pada kondisi alami hingga begitu anak itu merasa untuk toileting maka dia akan dengan sendirinya ke kamar mandi," kata dokter Meitha.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
Dalam webinar mengenai toilet training anak yang diikuti dari Jakarta, Selasa, dia menyarankan orang tua untuk mengatur jadwal latihan menggunakan toilet bagi anak.
"Kita bisa mengajak anak ke kamar mandi setiap 90 menit. Kalau tidak buang air kecil, interval berikutnya kita mungkin pendekkan kita bisa bikin 60 menit. Kalau anak itu buang air kecil, jadwal ke toiletnya itu kita kembalikan ke 90 menit, sehingga di sini anak akan diajar menunggu sampai dia dibawa ke toilet," ia menjelaskan.
Ia juga mengemukakan perlunya orang tua memberikan penguatan agar anak bisa bertahan duduk di toilet selama tiga menit atau lebih.
Menurut dia, orang tua bisa mengajak anak bernyanyi atau membawakan anak mainan agar anak lebih tenang, tetapi tetap ingat bahwa dia sedang berada di toilet karena perlu berkemih atau buang air besar.
Jika selama jeda ke kamar mandi anak berkemih di celana atau mengompol, maka orang tua bisa melakukan koreksi dengan melibatkan anak dalam mengatasi konsekuensi.
"Kita bisa melakukan prosedur koreksi berupa minta anak membantu membersihkan sebanyak anak mampu. Dan hal ini jangan dilakukan secara menghukum, ini dilakukan agar anak mengalami konsekuensi alami dan dapat dijadikan pencegahan terjadinya accident lagi," kata dokter Meitha.
Orang tua perlu memperhatikan frekuensi anak mengompol. Kalau anak terlalu sering berkemih di celana, maka orang tua sebaiknya mempersingkat jadwal kunjungan ke toilet.
Dokter Meitha juga menyarankan orang tua tidak memakaikan popok atau celana dalam selain pada waktu tidur siang atau malam pada tahap awal toilet training.
Guna mendukung pelaksanaan pelatihan menggunakan toilet, orang tua bisa menyediakan alat pendukung seperti sisipan di dudukan toilet agar anak lebih nyaman atau menaruh tangga di bangku toilet untuk memudahkan anak.
Dokter Meitha menyampaikan perlunya orang tua dan anggota keluarga mengapresiasi setiap kemajuan yang dicapai anak dalam tahapan toilet training sampai tujuan pelatihan tercapai.
Proses pembelajaran bisa dikatakan berhasil kalau anak secara alami pergi ke toilet ketika hendak berkemih atau buang air besar serta bisa melakukan keperluannya secara mandiri, termasuk membersihkan diri dan mengenakan celana sendiri.
"Jadi ini sudah pada kondisi alami hingga begitu anak itu merasa untuk toileting maka dia akan dengan sendirinya ke kamar mandi," kata dokter Meitha.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024