Jakarta (ANTARA) - Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Prawara mengungkapkan manfaat penggunaan satelit penginderaan jauh untuk memantau kondisi lingkungan di Indonesia.
Dalam diskusi di Jakarta, Kamis, Budi menyebutkan pemantauan wilayah Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan topografi yang beragam tidak bisa dilakukan secara maksimal, jika hanya dilakukan dengan cara manual.
"Kita melihat bahwa Indonesia itu adalah negara kepulauan ya, kita memiliki lebih dari 17 ribu pulau. Setiap tahun datanya berubah, ada pulau-pulau kecil mungkin yang tahun ini ada, tahun depan dia mungkin berada di bawah air, sehingga tidak terdeteksi," katanya.
Budi menjelaskan kesulitan juga akan ditemukan saat pemangku kepentingan terkait hendak melakukan monitoring di wilayah hutan, seperti hutan yang terletak di pedalaman Kalimantan.
Baca juga: Efisiensi pembuatan bahan bakar dari sampah capai 60 persen
Menurut dia, hal tersebut akan memakan waktu dan energi yang banyak jika hanya dilakukan secara manual dengan mengunjungi masing-masing lokasi satu persatu.
"Nah, dengan adanya teknologi satelit ini, kita dengan cepat ya dapat mengidentifikasi, memonitor apa yang berada di wilayah Indonesia," ujarnya.
Oleh karena itu Budi menyebutkan pihaknya kini tengah mengembangkan teknologi Geoinformatika Multi-Input dan Multi-Output (Geomimo) guna mengoptimalkan pemanfaatan berbagai potensi nasional di Indonesia.
"Jadi bagaimana di dalam platform ini, nanti kita bisa mengintegrasikan berbagai macam data citra satelit. Bukan hanya berasal dari satu satelit saja, tetapi dari berbagai macam data citra," jelasnya.
Baca juga: BRIN dorong kolaborasi keilmuan maritim melalui buku "marine grabbing"
Selain pemanfaatan data satelit, ia mengatakan pemanfaatan Geomimo juga memungkinkan adanya penggabungan data yang berasal dari sejumlah pihak seperti lembaga negara terkait, seperti Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan lain sebagainya.
Hal ini, lanjutnya, juga akan diperkuat oleh data yang bersumber dari masyarakat yang melihat langsung, serta hasil pemantauan stasiun lapangan BRIN.
"BRIN juga saat ini mengembangkan beberapa stasiun lapangan ya, khususnya yang berada di daratan untuk memonitor parameter-parameter lingkungan yang berada di hutan, di lahan gambut. Tujuannya adalah setelah data ini kita data dapatkan, nanti akan kita manfaatkan untuk keperluan riset yang ada di BRIN," ucap Budi Prawara.
Baca juga: Tata ulang orientasi pendidikan penting demi junjung kejujuran