Wamena (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayawijaya, Papua Pegunungan, menyatakan penanganan tanggap darurat musibah banjir dan tanah longsor telah berakhir.
Wakil Bupati (Wabup) Jayawijaya Ronny Elopere saat dihubungi di Wamena, Sabtu, mengatakan saat penanganan musibah banjir telah dihentikan.
"Berhentinya penanganan musibah banjir karena telah berakhirnya surat keputusan (SK) tanggap darurat (8 Mei 2025)," katanya.
Menurut dia, bantuan beras yang selama ini masuk baik dari lembaga swasta, pemerintah itu rata-rata tidak lebih dari 2 ton, kecuali dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Pegunungan 100 ton beras.
"Beberapa tempat (lembaga) yang memberikan bantuan itu berupa beras itu rata-rata tidak lebih dari 2 ton di antaranya 1 ton ke bawah, ada yang hanya 10 sak beras," katanya.
Menurut dia, dengan dukungan seperti ini pihaknya berharap jangan ada pikiran negatif oleh masyarakat kepada pemerintah terkait bantuan tanggap darurat.
"Kami harap jangan juga opini di publik itu menanggapi negatif saja, kenapa bantuan banyak tetapi tidak disalurkan dengan baik. Kalian bisa datang dan melihat langsung atau menanyakan langsung ke pemerintah," ujarnya.
Dia menjelaskan seperti bantuan dari PT Freeport Indonesia untuk penanganan banjir dan tanah longsor itu hanya 2 ton beras.
"Bantuan itu hanya beras 2 ton serta bahan pokok lain seperti mie instan dan lainnya, dan tidak ada lain-lain sehingga masyarakat jangan juga berpikiran negatif terhadap pemerintah yang terus berpikir bagaimana kesejahteraan itu dapat tercipta pasca banjir," katanya.
Dia menambahkan untuk bantuan uang yang diterima oleh Pemkab Jayawijaya dalam penanganan musibah banjir dan tanah longsor itu dari Pemkab Yahukimo Rp1 miliar dan Pemkab Yalimo Rp500 juta.
"Kami sedang berpikir untuk sesegera mungkin uang yang ada ini dibelanjakan bahan pokok seperti beras dan lain-lain, tetapi uangnya masih kurang. Kami sementara menyimpannya sambil menunggu petunjuk selanjutnya karena saat ini posko tanggap darurat telah tutup setelah berakhirnya status tanggap darurat," ujarnya.
Dia menyebut saat ini bantuan yang ada atau tersimpan kemungkinan besar kurang lebih hanya 3 ton beras.
"Kemarin memang yang betul-betul membutuhkan dan mendesak, mereka datang kami kasih. Sebelumnya kami telah menyalurkan banyak bantuan ke warga yang terdampak musibah, karena proses penurunan air di Sungai Baliem juga membutuhkan bantuan," katanya.
Dia memastikan pasca bencana banjir dan tanah longsor pihaknya akan tetap memberikan bantuan kepada warga yang terdampak.
"Beras bantuan dari provinsi juga masih ada sekitar 50 ton itu belum diambil, termasuk bantuan uang yang ada akan dibelanjakan lagi dan dalam waktu dekat pasti penyaluran akan dilakukan," ujarnya.*