Batam (ANTARA Kalbar) - Udara hangat mengapung di atas kawasan industri Kabil, Batam. Burung laut enggan terbang di atasnya. Mungkin tidak mau mengganggu kekhidmatan peresmian penggunaan rumah susun sejahtera oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sejumlah tenda putih bersegi empat memanjang didirikan untuk menampung undangan. Puluhan "air conditioning" mengembus angin dingin untuk menawarkan udara panas dari luar. Interior tenda dihias kain panjang merah dan putih di langit-langit dan dinding.
Dua display raksasa dipasang di kiri-kanan panggung agar hadirin di belakang bisa melihat dengan jelas kegiatan tamu agung di depan. Puluhan wartawan datang meliput dengan berseragam batik berbaur dengan undangan lain dengan corak yang dan memberi suasana berbeda.
Dendang irama melayu mengingatkan undangan bahwa ini ada negeri Lancang Kuning di mana pantun dan petuah diucapkan berirama dan jadi bagian dari kegiatan seremonial.
Sekitar pukul 10.00 WIB, Jumat (27/4) Presiden RI mengenakan safari abu-abu datang bersama Ibu Ani Bambang Yudhoyono yang juga mengenakan potongan dan warna yang senada. Sejumlah menteri tampak hadir seperti Menaker Muhaimin Iskandar,
Menteri BUMN Dahlan Iskan, Mendagri Gamawan Fauzi dan lainnya. Ini adalah kali kedua Presiden RI meresmikan rumah susun sewa bagi pekerja di Batam, Kepri. Sebelumnya Presiden Megawati juga meresmi rumah susun pekerja pada 2004.
Kepala Negara Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya mengharapkan pembangunan rusunsewa tidak hanya di Batam tetapi juga di daerah lain akan memeratakan pemenuhan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Terkait dengan 1 Mei, Presiden berharap tripartit meningkatkan hubungan dan komunikasi antara sesama karena hubungan baik pekerja, pengusaha dan pemerintah akan meningkatkan produktivitas yang menguntungkan semua pihak, termasuk pada pemerintah.
Upah Terkena Pajak
Presiden juga mengharapkan buruh mendapatkan upah yang layak. Upaya nyata dari pemerintah untuk memenuhinya adalah meningkatkan batas upah tidak terkena pajak yang semula Rp15, 8 juta pertahun menjadi Rp24 juta.
Pemerintah juga merencanakan pembangunan rumah sakit pekerja di daerah kantong-kantong pekerja. Presiden juga meminta Menteri BUMN Dahlan Iskan, Menakertrans Muhaimin Iskandar dan Dirut PT Jamsostek bisa mewujudkannya dalam 2,5 tahun ini.
Pengadaan rumah susun pekerja sudah lama menjadi isu utama dalam pemenuhan kesejahteraan pekerja di samping upah dan status kerja (outsourcing). Upaya yang dilakukan PT Jamsostek merupakan salah satu jawaban dari permasalahan itu, meskipun banyak pihak lain yang juga berkepentingan untuk mewujudkannya.
Rusunawa Kabil berada bersebelahan dengan industri perkapalan dan industri lainnya sehingga pekerja dapat mengirit uang transportasi untuk bekerja.
Rumah susun itu memiliki 10 menara kembar (twin block) dan tiga diantara sudah diresmikan penggunaannya oleh sejumlah menteri beberapa waktu lalu.
"Tahun itu peluncuran perdana (prelaunch) sedangkan pada 27 April nanti adalah peresmian utama (grand launching) Rusunawa Jamsostek di Kabil secara keseluruhan," kata Dirut PT Jamsostek Hotbonar.
Ia bersyukur Presiden bisa meresmikan penggunaan rumah susun itu karena hal itu menunjukkan pemerintah sangat memperhatikan kebutuhan pekerja.
Tidak dapat dipungkiri, tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok pekerja di samping perlindungan dari risiko kerja, seperti kecelakaan, kematian, jaminan di hari tua dan layanan kesehatan.
Karena itu PT Jamsostek untuk kesekian kalinya membangun rusanawa di sejumlah tempat. Sebelumnya BUMN itu sudah membangun rusunawa di Muka Kuning dan Lancang Kuning. Keduanya di Batam.
Rusunawa di Kabil bisa menampung 4000 pekerja lajang dengan biaya sewa Rp120.000 perbulan perorang. Satu kamar akan dihuni empat orang. Kompleks pemukiman itu dilengkapi dengan mesjid, sarana olah raga, ruang pertemuan, taman dan jalan yang lebar.
Pada atap di salah satu blok tertulis Rusunawa PT Jamsostek. Setiap blok dicat dengan warna korporasi BUMN itu yakni putih, hijau dan pada bagian tertentu dicat kuning.
Hotbonar menjelaskan biaya pembangunan Rusunawa Kabil Rp120 miliar. Bila dana itu akan kembali? "Jika dihitung, kami katakan akan kembali dalam waktu yang sangat lama," kata Hotbonar yang mengenakan safari hijau itu.
Karena itu, PT Jamsostek bukan memasukkannya sebagai investasi tetapi bagian dari CSR perusahaan bagi pekerja yang menjadi peserta Jamsostek. Dana pembangunan rusunawa itu didapatkan dari pos Dana Peningkatan Kesejahreraan Pekerja (DPKP).
Sumber dana itu berasal dari keuntungan pemerintah (deviden) yang dikembalikan kepada peserta jamsostek. Pemerintah sejak 2007 tidak menerima deviden dan mengembalikan kepada pekerja dalam bentuk sejumlah kegiatan.
Dana DPKP tahun 2012 berjumlah Rp800 miliar dan Rp120 miliar diantaranya untuk pembangunan Rusunawa Kabil. Sisanya dipergunakan untuk pinjaman uang muka perumahan, bantuan koperasi, beasiswa dan kegiatan lainnya.
Ketika ditanya, mengapa PT Jamsostek cenderung membangun rusunawa di Batam, Hotbonar mengatakan permasalahan utama dari kegiatan itu adalah kepemilikan tanah.
"PT Jamsostek, berdasarkan peraturan perundangan, tidak mungkin membangun rumah di lahan milik pihak lain. Harus milik PT Jamsostek," kata Hotbonar.
Pemda dan kawasan industri di Batam memberikan fasilitas itu dengan menjual tanah berharga murah sehingga BUMN itu bisa menekan biaya pembangunan rusunawa bagi pekerja dengan harga murah dan pekerja mendapat sewa yang murah pula.
Saat itu PT Jamsostek sedang membahas pembagunan rumah susun sejahtera sewa di Sumur Belut, Sidoarjo, Jawa Timur. "Konsep rusunawa itu untuk pekerja berkeluarga sehingga disainnya akan berbeda dengan rusunawa di Batam," kata Hotbonar.
Dia mengharapkan pemda dan kawasan industri membantu pengadaan tanah sehingga memudahkan pekerja mendapatkan tempatkan yang layak dengan biaya murah.
Tiga di Batam
BUMN itu telah membangun tiga kompleks tiga rusunsewa di Batam yakni di Muka Kuning, Lancang Kuning dan Kabil. Pemilihan ketiga lokasi ini karena di tiga lokasi tersebut dekat dengan pabrik.
Pilihan lokasi tersebut untuk mengurangi biaya transportasi pekerja dan meminimalisir risiko kecelakaan dalam perjalanan ke dan pulang dari tempat kerja dan diharapkan akan menjaga produktivitas kerja.
Rusunsewa Kabil berada di Kawasan Industri Kabil Jalan Hang Kesturi, Batam di atas lahan seluas sekitar 10 hektar. Masing-masing 20 blok (10 twinblock) berlantai empat dan kamar tipe 27 bagi empat penghuni.
Masing-masing kamar dilengkapi dengan empat tempat tidur, lemari pakaian dan empat buah kursi, satu kipas angin, gorden dan peralatan mandi. Sarana pendukung lainnya adalah pusat jajan sederhana, mini market, laundry, warnet dan Wartel, ATM, kinik serta apotik.
Sementara Peserta Jamsostek per Maret 2012 sebanyak 10.759.132 peserta aktif yang bekerja di 158.099 perusahaan.
PT Jamsostek juga memiliki Program Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta berupanyaluran Pinjaman Uang Muka Perumahan yang kini sudah mencapai 80.950 unit dengan total dana Rp. 690,654 miliar.
Banyak yang sudah dilakukan, tetapi diyakini belum bisa memuaskan semua pihak. Hotbonar menyatakan dia dan jajaran PT Jamsostek selalu berusaha memenuhi harapan-harapan itu dan melaporkan capaiannya.
(T.E007/Z003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Sejumlah tenda putih bersegi empat memanjang didirikan untuk menampung undangan. Puluhan "air conditioning" mengembus angin dingin untuk menawarkan udara panas dari luar. Interior tenda dihias kain panjang merah dan putih di langit-langit dan dinding.
Dua display raksasa dipasang di kiri-kanan panggung agar hadirin di belakang bisa melihat dengan jelas kegiatan tamu agung di depan. Puluhan wartawan datang meliput dengan berseragam batik berbaur dengan undangan lain dengan corak yang dan memberi suasana berbeda.
Dendang irama melayu mengingatkan undangan bahwa ini ada negeri Lancang Kuning di mana pantun dan petuah diucapkan berirama dan jadi bagian dari kegiatan seremonial.
Sekitar pukul 10.00 WIB, Jumat (27/4) Presiden RI mengenakan safari abu-abu datang bersama Ibu Ani Bambang Yudhoyono yang juga mengenakan potongan dan warna yang senada. Sejumlah menteri tampak hadir seperti Menaker Muhaimin Iskandar,
Menteri BUMN Dahlan Iskan, Mendagri Gamawan Fauzi dan lainnya. Ini adalah kali kedua Presiden RI meresmikan rumah susun sewa bagi pekerja di Batam, Kepri. Sebelumnya Presiden Megawati juga meresmi rumah susun pekerja pada 2004.
Kepala Negara Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya mengharapkan pembangunan rusunsewa tidak hanya di Batam tetapi juga di daerah lain akan memeratakan pemenuhan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Terkait dengan 1 Mei, Presiden berharap tripartit meningkatkan hubungan dan komunikasi antara sesama karena hubungan baik pekerja, pengusaha dan pemerintah akan meningkatkan produktivitas yang menguntungkan semua pihak, termasuk pada pemerintah.
Upah Terkena Pajak
Presiden juga mengharapkan buruh mendapatkan upah yang layak. Upaya nyata dari pemerintah untuk memenuhinya adalah meningkatkan batas upah tidak terkena pajak yang semula Rp15, 8 juta pertahun menjadi Rp24 juta.
Pemerintah juga merencanakan pembangunan rumah sakit pekerja di daerah kantong-kantong pekerja. Presiden juga meminta Menteri BUMN Dahlan Iskan, Menakertrans Muhaimin Iskandar dan Dirut PT Jamsostek bisa mewujudkannya dalam 2,5 tahun ini.
Pengadaan rumah susun pekerja sudah lama menjadi isu utama dalam pemenuhan kesejahteraan pekerja di samping upah dan status kerja (outsourcing). Upaya yang dilakukan PT Jamsostek merupakan salah satu jawaban dari permasalahan itu, meskipun banyak pihak lain yang juga berkepentingan untuk mewujudkannya.
Rusunawa Kabil berada bersebelahan dengan industri perkapalan dan industri lainnya sehingga pekerja dapat mengirit uang transportasi untuk bekerja.
Rumah susun itu memiliki 10 menara kembar (twin block) dan tiga diantara sudah diresmikan penggunaannya oleh sejumlah menteri beberapa waktu lalu.
"Tahun itu peluncuran perdana (prelaunch) sedangkan pada 27 April nanti adalah peresmian utama (grand launching) Rusunawa Jamsostek di Kabil secara keseluruhan," kata Dirut PT Jamsostek Hotbonar.
Ia bersyukur Presiden bisa meresmikan penggunaan rumah susun itu karena hal itu menunjukkan pemerintah sangat memperhatikan kebutuhan pekerja.
Tidak dapat dipungkiri, tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok pekerja di samping perlindungan dari risiko kerja, seperti kecelakaan, kematian, jaminan di hari tua dan layanan kesehatan.
Karena itu PT Jamsostek untuk kesekian kalinya membangun rusanawa di sejumlah tempat. Sebelumnya BUMN itu sudah membangun rusunawa di Muka Kuning dan Lancang Kuning. Keduanya di Batam.
Rusunawa di Kabil bisa menampung 4000 pekerja lajang dengan biaya sewa Rp120.000 perbulan perorang. Satu kamar akan dihuni empat orang. Kompleks pemukiman itu dilengkapi dengan mesjid, sarana olah raga, ruang pertemuan, taman dan jalan yang lebar.
Pada atap di salah satu blok tertulis Rusunawa PT Jamsostek. Setiap blok dicat dengan warna korporasi BUMN itu yakni putih, hijau dan pada bagian tertentu dicat kuning.
Hotbonar menjelaskan biaya pembangunan Rusunawa Kabil Rp120 miliar. Bila dana itu akan kembali? "Jika dihitung, kami katakan akan kembali dalam waktu yang sangat lama," kata Hotbonar yang mengenakan safari hijau itu.
Karena itu, PT Jamsostek bukan memasukkannya sebagai investasi tetapi bagian dari CSR perusahaan bagi pekerja yang menjadi peserta Jamsostek. Dana pembangunan rusunawa itu didapatkan dari pos Dana Peningkatan Kesejahreraan Pekerja (DPKP).
Sumber dana itu berasal dari keuntungan pemerintah (deviden) yang dikembalikan kepada peserta jamsostek. Pemerintah sejak 2007 tidak menerima deviden dan mengembalikan kepada pekerja dalam bentuk sejumlah kegiatan.
Dana DPKP tahun 2012 berjumlah Rp800 miliar dan Rp120 miliar diantaranya untuk pembangunan Rusunawa Kabil. Sisanya dipergunakan untuk pinjaman uang muka perumahan, bantuan koperasi, beasiswa dan kegiatan lainnya.
Ketika ditanya, mengapa PT Jamsostek cenderung membangun rusunawa di Batam, Hotbonar mengatakan permasalahan utama dari kegiatan itu adalah kepemilikan tanah.
"PT Jamsostek, berdasarkan peraturan perundangan, tidak mungkin membangun rumah di lahan milik pihak lain. Harus milik PT Jamsostek," kata Hotbonar.
Pemda dan kawasan industri di Batam memberikan fasilitas itu dengan menjual tanah berharga murah sehingga BUMN itu bisa menekan biaya pembangunan rusunawa bagi pekerja dengan harga murah dan pekerja mendapat sewa yang murah pula.
Saat itu PT Jamsostek sedang membahas pembagunan rumah susun sejahtera sewa di Sumur Belut, Sidoarjo, Jawa Timur. "Konsep rusunawa itu untuk pekerja berkeluarga sehingga disainnya akan berbeda dengan rusunawa di Batam," kata Hotbonar.
Dia mengharapkan pemda dan kawasan industri membantu pengadaan tanah sehingga memudahkan pekerja mendapatkan tempatkan yang layak dengan biaya murah.
Tiga di Batam
BUMN itu telah membangun tiga kompleks tiga rusunsewa di Batam yakni di Muka Kuning, Lancang Kuning dan Kabil. Pemilihan ketiga lokasi ini karena di tiga lokasi tersebut dekat dengan pabrik.
Pilihan lokasi tersebut untuk mengurangi biaya transportasi pekerja dan meminimalisir risiko kecelakaan dalam perjalanan ke dan pulang dari tempat kerja dan diharapkan akan menjaga produktivitas kerja.
Rusunsewa Kabil berada di Kawasan Industri Kabil Jalan Hang Kesturi, Batam di atas lahan seluas sekitar 10 hektar. Masing-masing 20 blok (10 twinblock) berlantai empat dan kamar tipe 27 bagi empat penghuni.
Masing-masing kamar dilengkapi dengan empat tempat tidur, lemari pakaian dan empat buah kursi, satu kipas angin, gorden dan peralatan mandi. Sarana pendukung lainnya adalah pusat jajan sederhana, mini market, laundry, warnet dan Wartel, ATM, kinik serta apotik.
Sementara Peserta Jamsostek per Maret 2012 sebanyak 10.759.132 peserta aktif yang bekerja di 158.099 perusahaan.
PT Jamsostek juga memiliki Program Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta berupanyaluran Pinjaman Uang Muka Perumahan yang kini sudah mencapai 80.950 unit dengan total dana Rp. 690,654 miliar.
Banyak yang sudah dilakukan, tetapi diyakini belum bisa memuaskan semua pihak. Hotbonar menyatakan dia dan jajaran PT Jamsostek selalu berusaha memenuhi harapan-harapan itu dan melaporkan capaiannya.
(T.E007/Z003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012