Jakarta (ANTARA Kalbar) - Jakarta Food Fashion and Festival yang memberikan ruang kepada Kota Singkawang untuk fashion show tunggal dalam acara “Satu Jam Bersama Singkawang†yang digelar, Selasa (22/5) malam, di Jakarta.
Kota Singkawang yang mengambil tema “Unity in Diversity†menampilkan empat orang desainer yaitu tiga orang dari APPMI Kalbar dan satu orang desainer ternama Jakarta. Mereka mengkreasikan Batik Tidayu (Tionghoa, Dayak, dan Melayu) dalam tampilan desain fashion tersebut.
Dalam fashion show itu desainer APPMI Kalbar, Arief menampilkan 15 Koleksinya, Dia mengambil tema “Sensation Of Harmonyâ€. Menurutnya tema itu mengambarkan sisi kehidupan masyarakat di Kota Singkawang yang membaur menjadi satu, dengan tidak membedakan ras, sosial, ekonomi. Keharmonisan kehidupan itu dituangkan dalam desain tersebut.Konsep Ready to wear, casual party, dengan detail bordir, patch work, dan origami.
Desainer, Rika Aprianti mengambil tema “Mysticalâ€. Putri Singkawang itu terinspirasi dari perayaan Cap Go Meh, yang melambangkan hari ke-15 dalam perayaan imlek yang ditandai dengan arak-arakan tatung. Didalam desainnya, ia menuangkan Kesan mistik, magis dari ide dalam warna-warna hitam, marun, coklat, dan merah. Style hadir dalam siluet, I, A, O, dan H. Detail menggunakan unsur etnik seperti, coin, metal, bordir-bordir motif etnik.
Clara Niken, desainer asal Jakarta, mengambil tema “Disguiseâ€. Sebuah sintesa dialektik yang menekankan kunci kreativitas dan inovasi sehingga sesuatu yang baru tercipta, terinsiprasi gerakan Singkawang yang mempromosikan khazanah budaya yang khas, perpaduan etnosentris tiga etnis.
Menurutnya, muncul perpaduan sintesa baru di mana terbentuk khazanah yang saling membuka, antara modernitas membuka tradisi dan tradisi membuka modernitas sehingga perpaduan modernitas dan tradisi saling melengkapi dan memperkaya. Tampilan detail payet, batu dan kristal membuat sisi modern menjadikan sisi etnik tampil lebih modern untuk saling melengkapi.
David Rusli, desainer APPMI Kalbar, mengambil tema “Sound Of Harmonyâ€. Menurutnya Keselarasan dan keterbukaan akan hal baru yang tercermin dari kehidupan masyarakat Singkawang sehari-hari dengan keunikan yang tersendiri, Perpaduan unik motif tiga etnis (Tionghoa, Dayak, dan Melayu) yang diramu menjadi satu kesatuan yang harmonis kedalam songket produksi masyarakat setempat yang dinamai Songket Tidayu, memperkuat tema yang diaplikasikan kedalam bentuk busana “Ready To Wear†ber-silhouette ‘A, Y dan I’, pemakaian bahan penunjang seperti raw silk dan chifone silk, dengan warna merah, hijau, biru dan golden, yang dilengkapi dengan taburan crystal, payet dan coin.
Untuk aksessoris penunjang, David Rusli memberi assesoris berupa selendang dan teratai manik Dayak, teratai bordir Melayu, serta sumpit keramik, bulu burung ruai, dan bohgam untuk aksesoris dikepala.
Dari masing-masing 15 koleksi yang ditampilkan para desainer, diiringi dengan musik tradisi yang secara live dimainkan oleh Sanggar seni Simpor, tentu saja lenggak-lenggok para model di atas catwalk memberikan nuansa berbeda dari fashion show lainnya di ajang JFFF ke-9 tersebut. Selain itu tarian kreasi multi etnis mampu membuat penonton terkesima.
Walikota Singkawang, Hasan Karman dalam sambutannya mengucapkan terima kasihnya kepada PT. Summarecon Agung Tbk yang secara gratis memberikan ruang dalam acara tahunan yang spektakuler di Jakarta itu.
Walikota Singkawang Hasan Karman, dan Ketua Dekranasda, Elisabeth Majuyetty mengapresiasi Komisaris Utama PT Summarecon Agung Tbk, Soetjipto Nagaria beserta Ibu Liliawati Rahardjo, dan Ketua Umum Jakarta Food and Fashion Festival, Soegianto Nagaria, dengan memberikan cideramata khas Singkawang.
Dari ratusan undangan yang memenuhi aula fashion itu, tampak hadir di antaranya undangan Sekda Singkawang Syech Bandar, Ketua DPRD, Tjhai Chui Mie, Miss Favorit Indonesia, Meiling Thomas. (HUM/HR)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Kota Singkawang yang mengambil tema “Unity in Diversity†menampilkan empat orang desainer yaitu tiga orang dari APPMI Kalbar dan satu orang desainer ternama Jakarta. Mereka mengkreasikan Batik Tidayu (Tionghoa, Dayak, dan Melayu) dalam tampilan desain fashion tersebut.
Dalam fashion show itu desainer APPMI Kalbar, Arief menampilkan 15 Koleksinya, Dia mengambil tema “Sensation Of Harmonyâ€. Menurutnya tema itu mengambarkan sisi kehidupan masyarakat di Kota Singkawang yang membaur menjadi satu, dengan tidak membedakan ras, sosial, ekonomi. Keharmonisan kehidupan itu dituangkan dalam desain tersebut.Konsep Ready to wear, casual party, dengan detail bordir, patch work, dan origami.
Desainer, Rika Aprianti mengambil tema “Mysticalâ€. Putri Singkawang itu terinspirasi dari perayaan Cap Go Meh, yang melambangkan hari ke-15 dalam perayaan imlek yang ditandai dengan arak-arakan tatung. Didalam desainnya, ia menuangkan Kesan mistik, magis dari ide dalam warna-warna hitam, marun, coklat, dan merah. Style hadir dalam siluet, I, A, O, dan H. Detail menggunakan unsur etnik seperti, coin, metal, bordir-bordir motif etnik.
Clara Niken, desainer asal Jakarta, mengambil tema “Disguiseâ€. Sebuah sintesa dialektik yang menekankan kunci kreativitas dan inovasi sehingga sesuatu yang baru tercipta, terinsiprasi gerakan Singkawang yang mempromosikan khazanah budaya yang khas, perpaduan etnosentris tiga etnis.
Menurutnya, muncul perpaduan sintesa baru di mana terbentuk khazanah yang saling membuka, antara modernitas membuka tradisi dan tradisi membuka modernitas sehingga perpaduan modernitas dan tradisi saling melengkapi dan memperkaya. Tampilan detail payet, batu dan kristal membuat sisi modern menjadikan sisi etnik tampil lebih modern untuk saling melengkapi.
David Rusli, desainer APPMI Kalbar, mengambil tema “Sound Of Harmonyâ€. Menurutnya Keselarasan dan keterbukaan akan hal baru yang tercermin dari kehidupan masyarakat Singkawang sehari-hari dengan keunikan yang tersendiri, Perpaduan unik motif tiga etnis (Tionghoa, Dayak, dan Melayu) yang diramu menjadi satu kesatuan yang harmonis kedalam songket produksi masyarakat setempat yang dinamai Songket Tidayu, memperkuat tema yang diaplikasikan kedalam bentuk busana “Ready To Wear†ber-silhouette ‘A, Y dan I’, pemakaian bahan penunjang seperti raw silk dan chifone silk, dengan warna merah, hijau, biru dan golden, yang dilengkapi dengan taburan crystal, payet dan coin.
Untuk aksessoris penunjang, David Rusli memberi assesoris berupa selendang dan teratai manik Dayak, teratai bordir Melayu, serta sumpit keramik, bulu burung ruai, dan bohgam untuk aksesoris dikepala.
Dari masing-masing 15 koleksi yang ditampilkan para desainer, diiringi dengan musik tradisi yang secara live dimainkan oleh Sanggar seni Simpor, tentu saja lenggak-lenggok para model di atas catwalk memberikan nuansa berbeda dari fashion show lainnya di ajang JFFF ke-9 tersebut. Selain itu tarian kreasi multi etnis mampu membuat penonton terkesima.
Walikota Singkawang, Hasan Karman dalam sambutannya mengucapkan terima kasihnya kepada PT. Summarecon Agung Tbk yang secara gratis memberikan ruang dalam acara tahunan yang spektakuler di Jakarta itu.
Walikota Singkawang Hasan Karman, dan Ketua Dekranasda, Elisabeth Majuyetty mengapresiasi Komisaris Utama PT Summarecon Agung Tbk, Soetjipto Nagaria beserta Ibu Liliawati Rahardjo, dan Ketua Umum Jakarta Food and Fashion Festival, Soegianto Nagaria, dengan memberikan cideramata khas Singkawang.
Dari ratusan undangan yang memenuhi aula fashion itu, tampak hadir di antaranya undangan Sekda Singkawang Syech Bandar, Ketua DPRD, Tjhai Chui Mie, Miss Favorit Indonesia, Meiling Thomas. (HUM/HR)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012