Jakarta (ANTARA Kalbar) - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi menyesalkan tuduhan intoleransi agama di Indonesia seperti yang disampaikan dalam Sidang PBB di Jenewa, Swiss, beberapa waktu lalu.
"Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara Muslim manapun yang setoleran Indonesia," kata Hasyim melalui layanan pesan singkat (SMS) yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurutnya, kalau yang dipakai ukuran adalah masalah Ahmadiyah, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat.
"Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam. Kalau yang jadi ukuran adalah GKI Yasmin Bogor, saya berkali-kali ke sana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai," kata Hasyim yang juga Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) & Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars).
Dikatakannya, pengurus gereja itu lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional dan dunia untuk kepentingan lain dari pada masalahnya selesai.
Kalau ukurannya pendirian gereja maka faktornya adalah lingkungan.
Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit dan belum lagi pendirian masjid di Papua.
Kalau ukurannya Lady Gaga & Irshad Manji, Hasyim mempertanyakan bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan Intelektualisme Kosong.
Kalau ukurannya HAM, dia mempertanyakan mengapa di Papua aat anggota TNI dan Polri dan imam masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM.
Dalam pandangan Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan menara masjid, lebih baik dari Prancis yang masih mempersoalkan jilbab.
Juga lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama karena negara itu ada UU Perkawinan Sejenis.
"Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis?," tanyanya.
(A025)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara Muslim manapun yang setoleran Indonesia," kata Hasyim melalui layanan pesan singkat (SMS) yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurutnya, kalau yang dipakai ukuran adalah masalah Ahmadiyah, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat.
"Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam. Kalau yang jadi ukuran adalah GKI Yasmin Bogor, saya berkali-kali ke sana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai," kata Hasyim yang juga Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) & Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars).
Dikatakannya, pengurus gereja itu lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional dan dunia untuk kepentingan lain dari pada masalahnya selesai.
Kalau ukurannya pendirian gereja maka faktornya adalah lingkungan.
Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit dan belum lagi pendirian masjid di Papua.
Kalau ukurannya Lady Gaga & Irshad Manji, Hasyim mempertanyakan bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan Intelektualisme Kosong.
Kalau ukurannya HAM, dia mempertanyakan mengapa di Papua aat anggota TNI dan Polri dan imam masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM.
Dalam pandangan Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan menara masjid, lebih baik dari Prancis yang masih mempersoalkan jilbab.
Juga lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama karena negara itu ada UU Perkawinan Sejenis.
"Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis?," tanyanya.
(A025)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012