Quito (ANTARA Kalbar) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan penghargaan sebagai warga kehormatan Kota Quito, yang merupakan ibu kota Ekuador, dan salah satu warisan budaya dunia.
Bertempat di Muse dela Ciudad, Quito, Sabtu sore waktu setempat atau Minggu WIB, Wali Kota Quito Augusto Barrera menyerahkan 'kunci' kota yang terletak di kaki pegunungan Andes itu kepada Presiden Yudhoyono.
"Saya bangga mendapat gelar kehormatan ini, gelar yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Dan ini sebuah kejutan yang manis bagi saya dan rakyat Indonesia," kata Presiden dalam sambutannya setelah menerima 'kunci" Kota Quito. Kepala Negara saat menerima gelar kehormatan tersebut sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Ekuador guna meningkatkan hubungan bilateral.
Presiden berharap penganugerahan gelar warga kehormatan Kota Quito terhadap dirinya dapat memperkuat persahabatan antara Indonesia dan Ekuador di masa mendatang.
"Mudah-mudahan ini akan makin mempererat persahabatan kedua bangsa dan negara kita yang lebih harmonis dan saling menghormati," katanya.
Selain menerima "kunci" Kota Quito, Kepala Negara yang didampingi oleh Ani Yudhoyono petang itu juga menerima pin burung perak yang merupakan simbol Kota Quito.
Seusai upacara penganugerahan warga kehormatan itu, Presiden kemudian menyaksikan dua tarian tradisional Ekuador yang merupakan bentuk penghormatan rakyat Ekuador terhadap bumi. Tarian tradisional itu dibawakan oleh delapan perempuan dan delapan laki-laki dengan pakaian tradisional Ekuador yang penuh warna dan iringan musik khasnya.
Quito secara geografis terletak di lembah Gunung Pichincha, sebuah gunung berapi aktif di gugusan Pegunungan Andes. Kota ini berada di ketinggian 2.850 mdpl, yang menempatkan Quito sebagai ibukota tertinggi kedua di dunia setelah La Paz, Bolivia.
Kota berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa itu merupakan kota cagar budaya terbesar dan terpenting di kawasan Amerika Latin yang kaya dengan bangunan-bangunan bersejarah antara lain Palacio de Carondelet, gereja La Compania de Jesus dan Basilica del Voto Naciona. Sementara itu Museo de la Ciudan adalah bekas gereja yang dijadikan museum dan berusia sekitar 500 tahun.
(g003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Bertempat di Muse dela Ciudad, Quito, Sabtu sore waktu setempat atau Minggu WIB, Wali Kota Quito Augusto Barrera menyerahkan 'kunci' kota yang terletak di kaki pegunungan Andes itu kepada Presiden Yudhoyono.
"Saya bangga mendapat gelar kehormatan ini, gelar yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Dan ini sebuah kejutan yang manis bagi saya dan rakyat Indonesia," kata Presiden dalam sambutannya setelah menerima 'kunci" Kota Quito. Kepala Negara saat menerima gelar kehormatan tersebut sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Ekuador guna meningkatkan hubungan bilateral.
Presiden berharap penganugerahan gelar warga kehormatan Kota Quito terhadap dirinya dapat memperkuat persahabatan antara Indonesia dan Ekuador di masa mendatang.
"Mudah-mudahan ini akan makin mempererat persahabatan kedua bangsa dan negara kita yang lebih harmonis dan saling menghormati," katanya.
Selain menerima "kunci" Kota Quito, Kepala Negara yang didampingi oleh Ani Yudhoyono petang itu juga menerima pin burung perak yang merupakan simbol Kota Quito.
Seusai upacara penganugerahan warga kehormatan itu, Presiden kemudian menyaksikan dua tarian tradisional Ekuador yang merupakan bentuk penghormatan rakyat Ekuador terhadap bumi. Tarian tradisional itu dibawakan oleh delapan perempuan dan delapan laki-laki dengan pakaian tradisional Ekuador yang penuh warna dan iringan musik khasnya.
Quito secara geografis terletak di lembah Gunung Pichincha, sebuah gunung berapi aktif di gugusan Pegunungan Andes. Kota ini berada di ketinggian 2.850 mdpl, yang menempatkan Quito sebagai ibukota tertinggi kedua di dunia setelah La Paz, Bolivia.
Kota berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa itu merupakan kota cagar budaya terbesar dan terpenting di kawasan Amerika Latin yang kaya dengan bangunan-bangunan bersejarah antara lain Palacio de Carondelet, gereja La Compania de Jesus dan Basilica del Voto Naciona. Sementara itu Museo de la Ciudan adalah bekas gereja yang dijadikan museum dan berusia sekitar 500 tahun.
(g003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012