Pontianak (ANTARA Kalbar) - Ratusan tamu laki-laki yang datang dalam upacara tradisional Dange Mandung, Dayak Taman, di Kabupaten Kapuas Hulu, Senin, diarak melalui jalur sungai dengan menggunakan perahu Tambe (perahu tradisional khas Dayak Taman).
Para tamu undangan yang datang dari Desa Siut, Urang Unsa, Ekotambe, Melapi I dan Sawe itu disambut dengan upacara penyambutan tabur beras kuning oleh tetua adat Dayak Taman Melapi III di Putussibau.
Usai mengikuti acara sambutan para tamu diarak menuju halaman rumah adat betang Melapi Pabiring dan mengikuti proses ritual dengan menari mengitari kurban yang terdiri dari satu ekor kerbau, delapan ekor sapi dan satu ekor kambing.
Acara ritual kembali berlanjut dengan pemotongan kayu lintang dan ritual mandung di rumah betang pabiring, yang terletak di Kecamatan Putusibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.
"Dange Mandung yang merupakan pergelaran Gawai Dayak khas Dayak Taman ini kembali dilaksanakan setelah 12 tahun lalu sukses digelar, yakni pada tahun 2000. Dalam pergelaran di hari kedua ini terlihat kaum lelaki Dayak Taman yang terlebih dahulu membuka gawai pada hari sebelumnya menyambut kaum wanita yang datang dengan membawa makanan," kata salah seorang tetua adat Dayak Taman Melapi III, Mau`ung.
Dia menjelaskan, kedatangan kaum wanita kembali disambut upacara pemotongan kayu lintang. Sebelum upacara pada hari kedua yang dilaksanakan hari ini, dilakukan terlebih dahulu ritual pembunuhan kurban, dimana sebelumnya tetua adat Melapi III terlebih dahulu melakukan ritual tabur beras di sekitar kurban dengan membaca doa.
Beberapa perwakilan keluarga dari para tamu yang diundang menikam masing-masing kurban yang sudah disediakan. Penikaman kurban itu dilakukan dengan menggunakan kujur dan penikaman kurban dilaksanakan seiring dengan dentuman meriam.
Usai upacara pembunuhan kurban, masyarakat adat melakukan makan bersama, yang dimana para kaum wanita menyuapkan makanan pada setiap kaum pria.
Mau`ung juga mengatakan prosesi Mandung itu dilaksanakan dalam rangka membalas adat yang sebelumnya telah dilaksanakan pada tahun 2000 lalu. Mandung merupakan upacara sakral yang wajib dilakukan sebuah keluarga Dayak Taman yang berketurunan kasta tinggi.
"Tidak semua orang yang lakukan ritual ini dan tidak pasti kapan Dange Mandung dilakukan, tapi prosesi ini hanya dilakukan yang mampu seperti mereka yang keturunan kasta tinggi seperti Semagat," tuturnya.
Mau`ung menjelaskan pemotongan kayu lintang adalah lambang penerimaan tamu yang wajib dipotong oleh keluarga dari tamu undangan, pemotongan kayu lintang dipercayai dapat menjauhkan kesulitan dan melancarkan prosesi adat yang dilaksanakan.
"Pantangan dari adat ini tidak boleh dilakukan ketika ada yang meninggal dan tidak boleh diikuti para wanita yang sedang menstruasi," katanya.
Pergelaran Dange Mandung itu akan dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut hingga 10 Juli 2012.
(pso-171)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Para tamu undangan yang datang dari Desa Siut, Urang Unsa, Ekotambe, Melapi I dan Sawe itu disambut dengan upacara penyambutan tabur beras kuning oleh tetua adat Dayak Taman Melapi III di Putussibau.
Usai mengikuti acara sambutan para tamu diarak menuju halaman rumah adat betang Melapi Pabiring dan mengikuti proses ritual dengan menari mengitari kurban yang terdiri dari satu ekor kerbau, delapan ekor sapi dan satu ekor kambing.
Acara ritual kembali berlanjut dengan pemotongan kayu lintang dan ritual mandung di rumah betang pabiring, yang terletak di Kecamatan Putusibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.
"Dange Mandung yang merupakan pergelaran Gawai Dayak khas Dayak Taman ini kembali dilaksanakan setelah 12 tahun lalu sukses digelar, yakni pada tahun 2000. Dalam pergelaran di hari kedua ini terlihat kaum lelaki Dayak Taman yang terlebih dahulu membuka gawai pada hari sebelumnya menyambut kaum wanita yang datang dengan membawa makanan," kata salah seorang tetua adat Dayak Taman Melapi III, Mau`ung.
Dia menjelaskan, kedatangan kaum wanita kembali disambut upacara pemotongan kayu lintang. Sebelum upacara pada hari kedua yang dilaksanakan hari ini, dilakukan terlebih dahulu ritual pembunuhan kurban, dimana sebelumnya tetua adat Melapi III terlebih dahulu melakukan ritual tabur beras di sekitar kurban dengan membaca doa.
Beberapa perwakilan keluarga dari para tamu yang diundang menikam masing-masing kurban yang sudah disediakan. Penikaman kurban itu dilakukan dengan menggunakan kujur dan penikaman kurban dilaksanakan seiring dengan dentuman meriam.
Usai upacara pembunuhan kurban, masyarakat adat melakukan makan bersama, yang dimana para kaum wanita menyuapkan makanan pada setiap kaum pria.
Mau`ung juga mengatakan prosesi Mandung itu dilaksanakan dalam rangka membalas adat yang sebelumnya telah dilaksanakan pada tahun 2000 lalu. Mandung merupakan upacara sakral yang wajib dilakukan sebuah keluarga Dayak Taman yang berketurunan kasta tinggi.
"Tidak semua orang yang lakukan ritual ini dan tidak pasti kapan Dange Mandung dilakukan, tapi prosesi ini hanya dilakukan yang mampu seperti mereka yang keturunan kasta tinggi seperti Semagat," tuturnya.
Mau`ung menjelaskan pemotongan kayu lintang adalah lambang penerimaan tamu yang wajib dipotong oleh keluarga dari tamu undangan, pemotongan kayu lintang dipercayai dapat menjauhkan kesulitan dan melancarkan prosesi adat yang dilaksanakan.
"Pantangan dari adat ini tidak boleh dilakukan ketika ada yang meninggal dan tidak boleh diikuti para wanita yang sedang menstruasi," katanya.
Pergelaran Dange Mandung itu akan dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut hingga 10 Juli 2012.
(pso-171)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012