Kapuas Hulu (ANTARA) - Mahasiswi asal Negara Australia Mia Dunphy mengaku sangat kaum dan jatuh hati saat mempelajari kearifan lokal dan kehidupan adat istiadat serta budaya masyarakat Suku Dayak Taman Kapuas di Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat.
"Masyarakat Suku Dayak Taman Kapuas sangat ramah, masih memegang teguh kearifan lokal baik adat mau pun budaya, saya jatuh hati," kata Mia Dunphy, di Desa Sayut Kecamatan Putussibau Selatan Kapuas Hulu, Senin.
Mahasiswi kelahiran Dorroughby, New South Wales, Australia itu telah melakukan penelitian studi S3 PhD, dari University of Melbourne di Australia tentang perdagangan dan panen sarang burung walet di gua alami dan rumah walet di Kapuas Hulu khususnya di Desa Sayut selama kurun waktu enam bulan.
"Desa Sayut saya pilih karena orang-orangnya memiliki sejarah yaitu masih bekerja di gua alami sampai sekarang" ucapnya.
Dia menuturkan sejak pertama tiba di Desa Sayut dirinya disambut hangat penuh rasa kekeluargaan oleh masyarakat Suku Dayak Taman Kapuas di daerah itu.
Hampir setiap hari warga di Desa Sayut mengundangnya untuk datang ke rumah dan setiap hari juga dirinya bermain bersama anak-anak.
"Semua orang di Sayut adalah keluarga saya, nah disinilah saya sangat jatuh hati, mereka menganggap aku keluarga bahkan aku mendapatkan nama dalam status sosial tertinggi (Samagat) masyarakat memberiku nama "Kasien", tutur dia.
Selain itu mahasiswi S3 University of Melbourne Australia menyampaikan jika dirinya tidak akan pernah melupakan kebaikan orang Dayak Taman Kapuas di Desa Sayut selama penelitian, bahkan ia akan datang kembali dan berkeinginan jika menikah memakai Adat Perkawinan Suku Dayak Taman Kapuas.
"Rasanya saya tidak mau pulang dari disini (Desa Sayut) karena saya punya banyak kenangan yang tidak terlupakan, beragam aktivitas saya lakukan bersama mereka, mulai dari berkebun, berladang, kegiatan sosial, ikut acara adat seperti upacara adat kematian, upacara adat perkawinan saya ikuti,dan mereka sangat antusias ketika saya hadir dan selalu membantu saya terutama dalam penelitian yang saya lakukan," tutur gadis Australia itu penuh rasa haru.
Dia juga mengaku sangat sedih rasanya jika harus meninggalkan Desa Sayut, bahkan dirinya ingin kembali lagi mengunjungi masyarakat Suku Dayak Taman Kapuas itu.
"Sejak saya tinggal di Sayut, saya coba belajar bahasa Taman, Saya sudah tahu beberapa kata-kata dan orang Sayut sangat suka ketika saya bisa bahasa Dayak Taman, saya pikir belajar bahasa lokal sangat penting. bahkan karena saya sudah menjadi bagian dari mereka saya berkeinginan jika menikah nanti menggunakan adat istiadat orang Dayak Taman Kapuas di Desa Sayut," kata Mia Dunphy.
Sementara itu, Ketua Adat Suku Dayak Taman Kapuas Desa Sayut Abdias Suligantingan Nyokan mengatakan masyarakat memberikan nama untuk Mia Dunphy yaitu Kasien salah satu nama kalangan Semagat yang memiliki derajat sosial tertinggi di kalangan Suku Dayak Taman Kapuas.
Menurutnya, Kasien (Mia) sejak pertama kali menginjakkan kaki di Desa Sayut telah menunjukkan sikap yang sangat baik, mampu beradaptasi dengan cepat, serta membaur dengan masyarakat di Desa Sayut.
"Dia mempunyai hati yang baik, kemanapun dan siapa pun yang bertemu dengannya dia sapa, terlebih dia sangat fasih berbahasa Indonesia dan sudah beberapa bahasa Suku Dayak Taman dia ketahui dan itu mempermudah dia untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan kami" tutur Abdias.
Abdias berharap gadis Australia itu tidak melupakan masyarakat Suku Dayak Taman Kapuas Desa Sayut, banyak hal positif yang dilakukan Kasien (Mia) di Desa Sayut.
"Kami berharap Kasien tidak akan pernah melupakan kami,karena banyak kenangan untuk kami, semoga Kasien bisa kembali lagi ke sini karena dia adalah keluarga kami," harapnya.