Jambi (ANTARA Kalbar) - "Harimau Kita", salah satu forum peneliti dan pemerhati harimau Sumatera melaporkan sebanyak 46 ekor harimau terbunuh akibat konflik yang terjadi antara manusia dengan harimau.
"Save Tiger Fine", Effendi Sumarjo di Jambi, Sabtu pada forum pertemuan Harimau Kita mengatakan, selain 46 ekor harimau Sumatera (panthera tigris Sumatrae) yang terbunuh akibat konflik tersebut juga ada 57 orang meninggal dunia dalam rentang waktu yang sama dan angka tertinggi terdapat di Riau.
Kemudian setidaknya ada 563 konflik yang tercatat sejak 1998 hingga 2011 dan angka tersebut dikompilasi dari laporan lapangan "Wildlife Conservation Society" (WCS), "Leuser Internasional Foundation" (LIF), "Fauna and Flora Internasional" (FFI) serta lembaga swadaya masyarakat lainnya.
"Lembaga-lembaga tersebut secara konsisten melakukan upaya konservasi harimau Sumatera di habitatnya," kata Effendi.
Tingginya laju deforestasi di Sumatera juga menjadi penyebab serius turunnya populasi harimau.
"Forest Wacth Indonesia" mencatat laju pembukaan hutan sebesar 0,37 juta hektare setiap tahunnya dan sejak 2000 hingga 2009 sebagian besar hutan diubah menjadi perkebunan baik legal maupun ilegal.
Menyempitnya habitat harimau Sumatera tersebut membuat pergerakan harimau semakin terbatas juga interaksi harimau dengan manusia menjadi semakin tinggi hingga terjadi konflik.
Untuk itu kepada Forum Harimau Kita dapat mendorong agar terwujud sinergi aksi dalam upaya pelestarian harimau Sumatera di habitatnya dan sinergi ini akan diwujudkan dalam berbagai kegiatan.
Kemudian juga forum ini dapat mendorong kolaborasi berbagai pihak dalam konservasi harimau Sumatera.
(N009)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Save Tiger Fine", Effendi Sumarjo di Jambi, Sabtu pada forum pertemuan Harimau Kita mengatakan, selain 46 ekor harimau Sumatera (panthera tigris Sumatrae) yang terbunuh akibat konflik tersebut juga ada 57 orang meninggal dunia dalam rentang waktu yang sama dan angka tertinggi terdapat di Riau.
Kemudian setidaknya ada 563 konflik yang tercatat sejak 1998 hingga 2011 dan angka tersebut dikompilasi dari laporan lapangan "Wildlife Conservation Society" (WCS), "Leuser Internasional Foundation" (LIF), "Fauna and Flora Internasional" (FFI) serta lembaga swadaya masyarakat lainnya.
"Lembaga-lembaga tersebut secara konsisten melakukan upaya konservasi harimau Sumatera di habitatnya," kata Effendi.
Tingginya laju deforestasi di Sumatera juga menjadi penyebab serius turunnya populasi harimau.
"Forest Wacth Indonesia" mencatat laju pembukaan hutan sebesar 0,37 juta hektare setiap tahunnya dan sejak 2000 hingga 2009 sebagian besar hutan diubah menjadi perkebunan baik legal maupun ilegal.
Menyempitnya habitat harimau Sumatera tersebut membuat pergerakan harimau semakin terbatas juga interaksi harimau dengan manusia menjadi semakin tinggi hingga terjadi konflik.
Untuk itu kepada Forum Harimau Kita dapat mendorong agar terwujud sinergi aksi dalam upaya pelestarian harimau Sumatera di habitatnya dan sinergi ini akan diwujudkan dalam berbagai kegiatan.
Kemudian juga forum ini dapat mendorong kolaborasi berbagai pihak dalam konservasi harimau Sumatera.
(N009)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012