Bengkulu (ANTARA) -
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menyatakan keberadaan harimau sumatera di hutan "Bumi Rafflesia" itu menjadi indikator hutan yang sehat dan terjaga.
"Keberadaan harimau adalah indikator dari hutan yang masih sehat. Pemberian pemahaman yang baik kepada masyarakat bisa menjadi kunci utama agar hutan tidak terancam," kata Rohidin Mersyah di Bengkulu, Sabtu.
Ia menyebutkan saat ini jumlah harimau sumatera yang berada di kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) hanya sekitar 150 ekor. Artinya, populasi harimau sumatera berada dalam ancaman kepunahan.
"Saat ini kita sedang berpacu dengan kepunahan, karena jumlah populasi harimau sumatera di bentang alam TNKS berjumlah 150 ekor. Ini berarti kita menghadapi risiko kehilangan keseimbangan ekosistem," kata dia.
Menurut Rohidin, ancaman utama bagi harimau sumatera adalah deforestasi, perburuan, dan konflik. Jika deforestasi dan perburuan terus berlanjut, maka dalam kurun waktu 100 tahun ke depan, populasi harimau di bentang alam kecil berpeluang mengalami kepunahan sebesar 100 persen.
Di bentang alam sedang, lanjut dia, ancaman kepunahan mencapai 83 persen. Hanya populasi harimau di bentang alam besar yang memiliki peluang bertahan dengan ancaman kepunahan rata-rata sebesar 31 persen.
Namun jika ancaman-ancaman ini dihilangkan, kata Rohidin peluang kepunahan di bentang alam sedang dan bentang alam besar dapat berkurang. Misalnya, Lanskap Batang Hari dan Bukit Barisan Selatan.
"Selain menghentikan ancaman, upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keberlangsungan hidup harimau adalah melalui mekanisme dispersal alami, yaitu dengan koridor antar-bentang alam yang mendukung perpindahan populasi secara alami melalui translokasi, dengan populasi besar sebagai sumbernya. Perlindungan terhadap populasi kecil juga sangat penting untuk menjaga keragaman genetiknya," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat untuk ikut menjaga habitat dan kelestarian harimau sumatera.
Menurut Rohidin, penting melibatkan masyarakat dalam menjaga kawasan hutan agar tetap terjaga dan lestari.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) Haidir menyebutkan saat ini populasi harimau sumatera diperkirakan hanya tersisa 1.300 ekor yang tersebar di seluruh hutan Pulau Sumatera.
Menurut dia, salah satu upaya yang efektif untuk menjaga habitat dan populasi harimau sumatera adalah dengan membangun kolaborasi dengan masyarakat yang berada di dekat kawasan hutan. Sejak dulu, masyarakat di tepian hutan telah memiliki keterikatan yang kuat dengan alam.
"Khusus di TNKS, harimau sumatera sekitar 130-140 ekor saja. Itu pun tersebar di empat provinsi (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Riau). Secara alamiah, masyarakat telah memahami bagaimana pentingnya keberadaan hutan dan satwa yang ada di dalamnya. Harimau disebut nenek, inyiak, datuk, dan lainnya. Itulah bentuk penghormatan sekaligus bukti bahwa kita bisa hidup harmonis dengan alam," ujar Haidir.