London (ANTARA Kalbar) - "Kelelahan saya sebagai relawan olimpiade ini terbayar hari ini saat Eko Yuli memenangkan medali perunggu pertama untuk Indonesia.Rasanya bangga sekali, terutama karena saya memang ditugaskan untuk membantu tim angkat besi dan anggar,"  ujar  Aliendheasja Fawilia.

Komite Olimpiade Indonesia (KOI) merekrut pelajar dan masyarakat Indonesia menjadi relawan guna membantu kelancaran pelaksanaan bagi atlet Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade London 2012.

"Kami memang membutuhkan tenaga sukarela untuk membantu KOI dalam pelaksanaan Olimpiade," ujar Sekretaris Pertama Pensosbud KBRI London Heni Hamidah  kepada ANTARA, Selasa.

KBRI London membuka lowongan bagi para pelajar dan masyarakat yang berkeinginan membantu pelaksanaan pesta  olahraga dunia yang berlangsung dari  tanggal 27 Juli hingga 15 Agustus.

Ade Lukman dari KOI mengakui bahwa mereka membutuhkan para relawan dalam pelaksanaan Olimpiade untuk membantu para atlet sebanyak 22 orang serta pendamping kontingen selama berada di London.

Para relawan dengan dibantu Sekretaris Tiga KBRI London Billy Wibisono dan Mayor Parimeng,  Asisten Atase Pertahanan dalam melaksanakan tugas di lapangan.

Sebelum pelaksanaan Olimpiade, para relawan diajak mengenal lapangan dan melakukan peninjauan setiap arena pertandingan yang digunakan untuk bertanding oleh atlet Indonesia.

Walaupun dalam kesehariannya sebagai relawan jarang berkomunikasi langsung dengan para atlet inti dan cenderung lebih sering membantu pergerakan para ofisial, ada rasa kebanggaan tersendiri saat Eko memenangkan medali, ujar Alien.  

Keterlibatan Alien yang sedang mengambil studi  MA Tourism Environment and Development di King's College London, Olimpiade ini memberikan banyak pengetahuan baru baginya terutama di bidang olah raga, khususnya olah raga di Indonesia.

"Saya jadi paham proses penilaian kompetisi angkat besi dan saya juga mendapat gambaran proses pelatihan anggar di Indonesia," ujarnya.

Selain itu, Alien  juga mendapat banyak teman baru sesama relawan yang juga membantu kontingen Indonesia untuk berbagai cabang olahraga lainnya.

Untuk bidang olahraga angkat besi dan anggar, karena total seluruh anggota tim tersebut lebih dari 12 orang, dia bekerja sama dengan seorang relawan lain, Bowo. Hal ini merupakan kesempatan bagi dirinya untuk menambah teman sesama orang Indonesia di Inggris.

Yang paling berkesan baginya  selama menjadi relawan adalah besarnya kesempatan untuk dapat berinteraksi dengan pahlawan-pahlawan olahraga Indonesia.

"Bangga rasanya bisa berbincang dengan para peraih medali emas di ajang Olimpiade, Sea Games, dan Asian Games terdahulu," ujarnya.

Satu hal yang disayangkan dalam pengiriman kontingen Indonesia ke London kali ini adalah seringnya terjadi kesalahan dalam koordinasi dan komunikasi, sehingga tidak jarang waktu dan uang harus dikorbankan.

"Saya harap persiapan administrasi kontingen Indonesia untuk Olimpiade  2016 bisa lebih matang, sehingga Indonesia bisa mengirimkan lebih banyak atlet dan bisa meraih lebih banyak medali," ujarnya.

    
Puasa tak hambat
Sementara itu, Ikbal Alexander, post graduate di  London South Bank University  Faculty of Social Science, Majoring in Development Studies mengakui jauh sebelum ia datang ke London, ia sudah mengetahui bahwa London akan menjadi tuan rumah untuk ajang perlombaan olahraga empat tahun sekali, Olimpiade London 2012.

"Saya sudah dapat membayangkan, London tanpa olimpic saja sudah ramai sekali, dengan penempatan olimpipiade di London, pasti akan menjadi momen spektakuler," ujar Alex yang meraih diploma degree di Wall Street Institute School of English, Indonesia  dibidang Majoring in Business English.

Menurut Alex , sekitar pertengahan bulan Juni, ia mengetahui bahwa KBRI London membutuhkan relawan untuk menbantu delegasi Indonesia.

"Saya tidak pikir dua kali, saya lansung mempersiapkan motivation letter yang menjadi persyaratan utamanya," ujar Alex yang pernah mengikuti Exchange Student at Tenri University, Jepang.

Alex menceritakan bahwa ia masih ingat sekali, ketika dirinya  menulis "Berpartisipasi dalam pergelaran olahraga terbesar sedunia ini, bukan hanya kesempatan seumur hidup, tetapi juga sebagai rasa bangga dan dedikasi terhadap Indonesia," didalam motivation letternya.

Sekitar satu minggu sebelum ajang ini dimulai, dia menerima email dari KBRI London, bahwa ia diterima menjadi relawan di Olimpiade London 2012.

Rasa senang dan bangga menyelimuti hatinya dan Alex pun langsung berimajinasi dapat melihat dan bertemu dengan atlit-atlit Indonesia kelas dunia. Ia pun langsung memberitahu keluarga dan teman-teman saya akan hal ini, ujarnya.

Apalagi Alex mendapat tugas memandu Tim Bulutangkis yang merupakan tim unggulan Indonesia.

"Membayangkan saya dapat bertemu dengan pahlawan-pahlawan ini, seperti Taufik Hidayat, Simon Santoso dan Liliyana, memacu adrenalinnya untuk dapat berkerja maksimal mendukung mereka," katanya.

Walaupun olimpiade kali ini jatuh tepat di bulan Ramadhan, tidak akan menjadi hambatan buat Alex  ataupun relawan lain, untuk dapat menyumbangkan tenaga agar atlet-atlet Indonesia dapat membawa pulang medali dan mengharumkan nama bangsa.

Sementara itu Sofiana Dewi, pelajar Indonesia lainnya  mengakui bahwa ia tidak menyangka dapat terlibat dalam salah satu acara yang menyerap perhatian seluruh dunia saat ini.

"Senang bercampur khawatir, setelah melakukan site visit di Stratford City, Royal Artillery Barracks, Wembley, dan Hendon," ujar Sofie demikian Sofiana Dewi biasa disapa yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di University of Westminster.

Pada dasarnya tugas semua relawan adalah sebagai LO (liaison officer) para atlet, tugas sepele namun penting karena mereka semua harus dapat membantu atlet untuk berada di arena tepat pada waktunya.

Diakuinya agak sedikit khawatir karena semua relawan tidak mendapatkan free pass untuk bisa membantu atlet langsung ke venue.

"Kami hanya mendapat guest pass ke venue sesuai dengan keperluan dan jadwal yg telah ditetapkan," ujarnya.

    
Harumkan Merah Putih
Sofie mengakui bahwa baginya merupakan kebanggaan tersendiri sebagai pelajar Indonesia, dapat turut mendukung perjuangan atlet mengharumkan Merah-Putih.

Ini bukanlah pertama kalinya bagi dirinya terlibat dalam sebuah acara , tetapi ini adalah acara pertama terbesar dia. Pada awalnya Sofie ingin mendaftar sebagai Volunteer London Olympic, namun mengurungkan niat karena rencana pulang ke Indonesia segera setelah menyelesaikan study Marketing Communication di University of Westminster.

Lain lagi dengan Nevine Rafa, yang baru saja meraih gelar MA Interior Design University of Westminster menceritakan kesan-kesannya selama menjadi volunteer untuk atlit Indonesia di Olimpiade London 2012

Dikatakannya kisahnya  menjadi volunteer dimulai dari iseng-iseng buka FB PPIUK.

"Dibutuhkan relawan untuk mendampingi para atlit dan ofisial selama pertandingan Olimpiade berlangsung"demikian bunyi iklannya ujar Nevine. Seketika itu juga, ia langsung mengirimkan data yang dibutuhkan, dengan impian bahwa pekerjaan ini sangat menarik.

Selain memperluas jaringan dan memberikan sumbangan nyata  langsung dalam membantu para atlit yang mengharumkan nama bangsa menjadi motivasi utamanya.

Sambil menanti pengumuman relawan yang terpilih, Nevine Rafa  terus membayangkan, bagaimana sibuknya nanti dalam mendampingi para atlit.

"Hmm...sounds interesting! Alhamdulillah, akhirnya ia  terpilih menjadi relawan bersama dengan sembilan orang lainnya. Briefing dan Olympic site visit pun dimulai sebelum para atlit berdatangan ke London.

Tibalah saat para atlit dan ofisial datang di Heathrow International Airport, tepat pada 23 Juli.

Instruksi para koordinator relawan pun berdatangan. Namun, instruksi yang berdatangan dari berbagai pihak, mengesankan persiapan yang kurang matang dalam menghadapi perhelatan besar dunia yang hanya terjadi empat tahun sekali ini.

Seiring berjalannya waktu, harapannya semakin hari semakin luntur. Yang pada awalnya terpikir akan bekerja dengan dinamika yang tinggi dan terarah, seketika berubah menjadi semrawut dan terkadang tidak efisien.

    
Semrawut
Selain itu, melihat mental para atlet dan ofisial yang kurang dapat menghargai waktu juga menjadi bagian yang mengecewakan. Seperti penyewaan lapangan yang pada akhirnya tidak dipakai karena terlambat datang ke venue, pengaturan transportasi yang tidak jelas bagi para atlet dan relawan, sehingga sering kali terjadi tumpang tindihnya  instruksi dan akhirnya jadi buang-buang waktu.

Melihat kesemrawutan yang terjadi Nevine melihat kurangnya manajemen yang baik dari pihak-pihak yang terlibat, dalam hal ini adalah pengurus kontingen Indonesia.

Pada akhirnya, kesan yang ditangkapnya dari kontingen Indonesia, mereka belum siap untuk menjadi juara di bidangnya, sehingga masih banyak hal yang harus dibenahi, dimulai dari hal terkecil, yaitu waktu.

"Saya berharap, semoga kedepannya, para anggota kontingen Indonesia dapat lebih baik lagi dalam masalah time management sehingga dapat memberikan hasil terbaik bagi bangsa," ujarnya.

(ZG)

Pewarta: Zeynita Gibbons

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012