Jakarta (ANTARA Kalbar) - Kementerian Perindustrian akan mempertimbangkan pengembangan kluster khusus mainan edukatif dan tradisional untuk membendung serbuan produk China.

"Butuh persiapan yang matang dalam mendirikan kluster khusus mainan edukatif dan tradisional. Yang terpenting, para pelaku usaha kecil jangan sampai tereksploitasi oleh pelaku usaha skala besar," kata Direktur Industri Tekstil dan Aneka Ditjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Ramon Bangun, di Jakarta, Selasa.

Pada kluster mainan edukatif dan tradisional, menurut Ramon, pelaku usaha akan mudah mendapatkan bahan baku.

"Kluster akan menyediakan bahan baku yang diperlukan dan pasar di dalam negeri sangat potensial. Nantinya, pembeli datang sendiri dan mekanisme hingga konsep klusternya akan dibahas antara pelaku usaha dan pemerintah," katanya.

Sedangkan Ketua Umum Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (Apmenti), Dhanang Sasongko, mengatakan pelaku usaha berharap pemerintah bisa mendirikan kluster khusus untuk mainan di wilayah Tasikmalaya. Pasalnya, di wilayah tersebut mudah untuk mendapatkan bahan baku kayu, pasarnya menjanjikan, dan tersedia sumber daya manusia (SDM).

"SDM di Tasikmalaya sangat kreatif dalam membuat mainan. Kami berharap tahun depan bisa dibangun kluster khusus mainan di dalam negeri," ujarnya.

Dhanang menambahkan, sulitnya mendapatkan bahan baku seperti kayu olahan merupakan kendala pelaku usaha mainan edukatif dan tradisional.

"Pelaku usaha kesulitan dalam melakukan promosi dan tidak mudah untuk menjual produk di pusat-pusat perbelanjaan karena produk impor masih mendominasi. Selain itu, perhatian pemerintah terhadap bahan baku industri mainan masih kurang," katanya.

 (KR-IAZ)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012