Jakarta (ANTARA Kalbar) - Bank BNI mencatat realisasi pertumbuhan kredit di sektor properti melalui Program BNI Griya pada kwartal III 2012 mencapai 27,61 persen.
Siaran pers BNI di Jakarta, Minggu menyebutkan nilai BNI Griya yang terdistribusi selama periode Januari-September 2012 mencapai Rp23,071 triliun, atau meningkat dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp16,201 triliun.
Pertumbuhan kredit properti itu, menurut Dirut BNI Gatot M Suwondo, dilakukan antara lain dengan mensponsori pameran REI Expo dalam beberapa tahun ini.
Dalam pembukaan BNI REI Expo 2012 di Jakarta, Sabtu (19/10) malam, Gatot mengatakan, BNI bersedia menjadi sponsor tunggal kembali bersama Realestat Indonesia (REI) jika transaksi pada pameran kali ini mencapai minimal Rp 3,5 triliun.
Gatot juga mensyaratkan agar transaksi yang terjadi selama pameran properti itu didominasi oleh pembelian rumah pertama.
"Kalau transaksinya mencapai Rp3,5 triliun, tahun depan ayo kita gelar lagi pameran realestat yang lebih besar. Namun, bila transaksi yang terjadi di bawah Rp3,5 triliun, maka harus ada evaluasi, mengapa hal itu terjadi," katanya.
(D012)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Siaran pers BNI di Jakarta, Minggu menyebutkan nilai BNI Griya yang terdistribusi selama periode Januari-September 2012 mencapai Rp23,071 triliun, atau meningkat dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp16,201 triliun.
Pertumbuhan kredit properti itu, menurut Dirut BNI Gatot M Suwondo, dilakukan antara lain dengan mensponsori pameran REI Expo dalam beberapa tahun ini.
Dalam pembukaan BNI REI Expo 2012 di Jakarta, Sabtu (19/10) malam, Gatot mengatakan, BNI bersedia menjadi sponsor tunggal kembali bersama Realestat Indonesia (REI) jika transaksi pada pameran kali ini mencapai minimal Rp 3,5 triliun.
Gatot juga mensyaratkan agar transaksi yang terjadi selama pameran properti itu didominasi oleh pembelian rumah pertama.
"Kalau transaksinya mencapai Rp3,5 triliun, tahun depan ayo kita gelar lagi pameran realestat yang lebih besar. Namun, bila transaksi yang terjadi di bawah Rp3,5 triliun, maka harus ada evaluasi, mengapa hal itu terjadi," katanya.
(D012)
Editor : Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012