Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI meresmikan kantor cabang dengan konsep super flagship di Bandung, Jawa Barat.
Konsep tersebut memudahkan transaksi bisnis dan konsumer untuk migrasi ke layanan e-channel dan alat digital lainnya.
"Kantor cabang BNI di Bandung ini telah resmi beroperasi dengan konsep tema gedung yang baru dengan harapan dapat memberikan kontribusi dan membantu masyarakat sekitar dan nasabah setia BNI dalam memudahkan transaksi keuangan dan perbankan," kata Direktur Network and Services BNI Ronny Venir dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Transformasi layanan perbankan yang terus dilakukan BNI salah satunya dengan cara mengubah konsep kantor cabang melalui lima tipe outlet.
Nasabah ditargetkan dapat merasakan pengalaman yang berbeda karena kerap bergandengan dengan Kafe atau yang dikenal dengan BNI Banking Cafe.
Konsep pertama yakni kantor cabang super flagship, sebagai supermarket financial untuk bisnis konsumer. Kedua, konsep business flagship sebagai pusat komunitas bisnis. Ketiga, konsep digital first sebagai consumer experience center.
Selain itu, BNI juga memiliki layanan kantor cabang thematic atau lifestyle dan yang kelima yakni konsep kantor cabang smart conventional dengan memberikan pelayanan yang mudah dijangkau.
"Sejak 2022 BNI mulai melakukan transformasi layanan melalui konsep cabang atau outlet thematic sehingga diharapkan BNI mampu mewujudkan layanan yang semakin berkualitas dan efektif melalui digitalisasi dan sesuai dengan kebutuhan nasabah saat ini," tutur Ronny.
BNI membukukan laba bersih senilai Rp16,3 triliun hingga kuartal III-2024 berkat pulihnya pendapatan operasional dan kualitas aset yang terjaga dengan baik.
BNI mencatatkan pemulihan kinerja terutama pada kuartal III-2024. Pendapatan operasional sebelum pencadangan atau PPOP pada kuartal III-2024 mencapai Rp8,8 triliun atau telah hampir menyentuh posisi tertingginya pada kuartal III tahun lalu sebesar Rp8,9 triliun.
Sementara penyaluran kredit naik 9,5 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp735 triliun ditopang oleh segmen berisiko rendah. Kredit korporasi blue chip, baik dari sektor swasta maupun BUMN serta institusi pemerintah, kredit konsumer, dan kontribusi dari perusahaan anak menjadi sumber pertumbuhan terbesar.