Pontianak (ANTARA Kalbar) - LSM Cikal Kalimantan Barat, menggelar peluncuran dan bedah buku "Muslihat Kapitalis Global: Selingkuh Industri Farmasi dengan Perusahaan Rokok AS" yang ditulis Okta Pinanjaya, Jumat.

"Bedah buku `Muslihat Kapitalis Global` diselenggarakan dengan mengundang berbagai LSM, masyarakat dan para wartawan Kalbar," kata Sekretaris Cikal Kalbar Muhlis Suhaeri di Pontianak.

Ia menjelaskan, ada empat orang narasumber yang dihadirkan pada bedah buku tersebut, yakni penulis buku itu sendiri Okta Pinanjaya, Pengamat Industry Tembakau, Simon, Pengamat Hukum dari Universitas Tanjungpura Pontianak, Dr Hermansyah SH, M Hum, dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Multi Junto Bhatarendro.

Peluncuran dan bedah buku "Muslihat Kapitalis Global: Selingkuh Industri Farmasi dengan Perusahaan Rokok AS" kerja sama Cikal Kalbar dengan Indonesia Berdikari, Jakarta 2012, kata Muhlis.

Bedah buku tersebut, bertujuan mengurai benang kusut selingkuh kapitalis global yang mengangkat tema besar, "perang terhadap tembakau", dengan harapan mampu membuka benang kusut itu.

Selain itu memberikan gambaran terang bagi masyarakat tentang apa sebenarnya yang sedang terjadi, bagaimana posisi Indonesia, sebagai sebuah entitas, negara penghasil tembakau, yang memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, di dalam pertarungan global tersebut.

"Perang tembakau secara global memang sudah berlangsung lama, bahkan sejak perang dunia. Kini kelompok yang menamakan diri antirokok semakin kuat menancapkan kukunya, lewat berbagai regulasi yang dibuat di sejumlah negara," ujarnya.

Regulasi-regulasi itu turut didorong oleh badan kesehatan dunia WHO, terutama lewat "Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) atau konvensi kerangka kerja pengendalian tembakau.

"Tetapi di dalam FCTC itu tidak serta merta bertujuan mulia demi kesehatan, ada tujuan terselubung, yang muaranya pertarungan kapitalis global untuk memperebutkan pasar tembakau," ungkap Muhlis.

Dalam isi klausul FCTC ternyata lebih berbicara pokok soal pengendalian suplai tembakau pada tingkat hulu, pengendalian produksi dan distribusi pada tingkat hilir, beserta serangkaian kebijakan pendanaan sektor keuangan di tingkat global, daripada mewujudkan sistem kesehatan yang terjangkau oleh seluruh masyarakat dunia.

Menurut dia, dibalik itu semua, salah satunya lembaga "Bloomberg Initiative" yang bermarkas di AS, lembaga tersebut telah menyalurkan dana ratusan juta dolar kepada banyak LSM, ormas, universitas maupun lembaga pemerintah, untuk mendorong proses ratifikasi atau adopsi konvensi FCTC ke dalam perundang-undangan nasional pada lebih dari 50 negara berkembang dan miskin, termasuk Indonesia.

"Di sisi lain, kita saksikan adanya kepentingan industri farmasi terhadap pangsa pasar nikotin global, karena FCTC adalah regulasi yang mewadahi kepentingan ekspansi industri obat global," ujarnya.

(A057)

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012