Jepara (ANTARA Kalbar) - Direktur Eksekutif Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) Arie Prabawa mengemukakan, total nilai ekspor komoditas perikanan rajungan menyumbang lebih dari 260 juta dolar AS per tahun.
"Saat ini komoditas rajungan (portunus pelagicus) berada pada peringkat ketiga sampai keempat dari total nilai ekspor produk perikanan Indonesia setelah udang (46 persen) dan tuna (14 persen) dan rumput laut," katanya dalam perjalanan menuju lokasi pembenihan budi daya rajungan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Senin.
Pembenihan benih itu berlokasi di Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Payau Jepara (BBPBAP), yang bersebelahan dengan Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai (LPWP) Universitas Diponegoro, di Pantai Kartini Jepara.
Ia menjelaskan bahwa rajungan yang dikenal dengan nama dagang "Blue Swimming Crab" dan rumput laut, sering berganti posisi di nomor tiga.
Dikemukakannya bahwa rajungan mulai dikelola secara komersial sejak tahun 1990-an, di mana sejak itu meningkat terus sampai saat ini, yang mencapai nilai 200 juta dolar AS, dengan volume mencapai 30.000 ton/tahun.
Rajungan, kata dia, sebagian besar ditangkap tersebar di perairan pantai Jawa dan Sumatera.
Diperkirakan sekitar 65.000 nelayan saat ini menangkap rajungan di seluruh perairan Indonesia, dengan alat tangkap bubu, "gillnet" dan sebagian kecil "bottom trawl".
"Tidak kurang dari 13.000 anggota keluarga nelayan juga ikut mendukung industri-industri kecil pendukungnya sebagai pengupas rajungan," katanya.
Pasar AS
Arie Prabawa menjelaskan bahwa kebutuhan pasar AS terhadap produk olahan rajungan sangat besar.
"Dan cenderung memiliki trend peningkatan," katanya menambahkan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan, sejumlah calon investor asal AS sedang menjajaki untuk merelokasi aktivitas produksi dalam industri pengolahan komoditas rajungan ke Indonesia.
"Phillips Seafood (investor asal AS) berkeinginan untuk mengembangkan produksi rajungan dan produk pengalengan di Indonesia," kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP Saut Hutagalung di Jakarta, awal Desember 2012.
Sementara itu, seiring dengan meningkatnya penangkapan rajungan, kata Arie Prabawa, terdapat trend penurunan hasil tangkap dan meningkatnya biaya penangkapan rajungan di beberapa wilayah "fishing ground".
Dalam rangka memenuhi tuntutan keberlanjutan pengelolaan rajungan, industri industri pengolahan rajungan di Indonesia mendirikan APRI pada 2007 di Jakarta.
Tujuan utama dibentuknya APRI, katanya, adalah kelestarian pengelolaan rajungan di Indonesia.
Saat ini industri-industri yang tercatat dalam anggota APRI adalah PT Phillips Seafoods Indonesia, PT Kelola Mina Laut, PT Tonga Tiur Putra, PT Bumi Menara Industri Blue Star Handys, PT Rex Canning, PT Toba Surimi Industri, PT Kemila Bintang Timur, dan PT Windika Utama.
(A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012