Pontianak (ANTARA Kalbar) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat memusnahkan peti dan jerami yang digunakan untuk membawa puluhan ribu telur asin dari daerah penghasil yang belum bebas penyakit menular ke Pontianak.
"Karena dikhawatirkan, media pembawa seperti peti dan jerami sebagai pembawa virus tersebut ke Kalbar," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalbar, Abdul Manaf Mustafa di Pontianak, Kamis.
Sedangkan untuk telurnya sendiri terbilang aman sehingga tetap dapat diperjualbelikan secara bebas di Kalbar.
Menurut dia, telur-telur tersebut dikirimkan dari Brebes, Jawa Tengah dan Indramayu, Jawa Barat. Kedua daerah itu termasuk belum bebas dari flu burung.
"Dari Brebes sepuluh ribu butir, Indramayu 20 ribu butir telur asin," kata Abdul Manaf.
Telur asin itu secara keseluruhan dikemas dalam 300 kotak yang diangkut menggunakan tiga truk. Setelah telur-telur itu dipisahkan, kemudian peti maupun jerami yang digunakan dibawa ke tempat karantina untuk dibakar.
Ia menegaskan, telur tersebut sebenarnya masuk ke Kalbar secara resmi sesuai rekomendasi maupun kuota yang diberikan. "Seharusnya pada Desember lalu, rekomendasi itu berakhir," kata dia.
Namun, karena sepanjang Desember terjadi cuaca buruk, maka pengiriman baru dapat dilakukan pada Januari 2013.
"Artinya, surat rekomendasi yang digunakan itu sudah kedaluwarsa," kata dia menegaskan.
(T011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Karena dikhawatirkan, media pembawa seperti peti dan jerami sebagai pembawa virus tersebut ke Kalbar," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalbar, Abdul Manaf Mustafa di Pontianak, Kamis.
Sedangkan untuk telurnya sendiri terbilang aman sehingga tetap dapat diperjualbelikan secara bebas di Kalbar.
Menurut dia, telur-telur tersebut dikirimkan dari Brebes, Jawa Tengah dan Indramayu, Jawa Barat. Kedua daerah itu termasuk belum bebas dari flu burung.
"Dari Brebes sepuluh ribu butir, Indramayu 20 ribu butir telur asin," kata Abdul Manaf.
Telur asin itu secara keseluruhan dikemas dalam 300 kotak yang diangkut menggunakan tiga truk. Setelah telur-telur itu dipisahkan, kemudian peti maupun jerami yang digunakan dibawa ke tempat karantina untuk dibakar.
Ia menegaskan, telur tersebut sebenarnya masuk ke Kalbar secara resmi sesuai rekomendasi maupun kuota yang diberikan. "Seharusnya pada Desember lalu, rekomendasi itu berakhir," kata dia.
Namun, karena sepanjang Desember terjadi cuaca buruk, maka pengiriman baru dapat dilakukan pada Januari 2013.
"Artinya, surat rekomendasi yang digunakan itu sudah kedaluwarsa," kata dia menegaskan.
(T011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013