Pontianak (Antara Kalbar) - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Kalimantan Barat mendesak perlunya pengembangan kawasan pertanian yang moderen di kawasan perbatasan Indonesia - Malaysia di wilayah Kalimantan untuk memperkuat ketahanan pangan.
"Kalbar berbatasan langsung dengan Sarawak. Agar tercipta kemandirian dan kesejahteraan di perbatasan maka perlu disiapkan kawasan pertanian yang moderen," kata Ketua HKTI Provinsi Kalbar, Awang Sofian Rozali di Pontianak, Senin.
Selain itu, lanjut dia, dibutuhkan penataan regulasi pemasaran dan perdagangan hasil pertanian di wilayah perbatasan. Selama ini, kata dia, sudah berlangsung perdagangan yang sifatnya tradisional di perbatasan.
"Sehingga terbitlah aturan perjanjian perdagangan di perbatasan, dengan batas maksimal 600 ringgit Malaysia perbulan," kata Awang Sofian.
Ia mengakui, untuk mendukung perdagangan dan efisiensi, perlu dibangun pelabuhan ekspor khusus produk pertanian melalui jalur laut dan darat.
Kemudian, ketika sudah mulai berkembang, maka di sektor pertanian perlu didukung oleh industri pengolahan berbasis pertanian dan perkebunan.
"Serta, peningkatan mekanisasi pertanian untuk meningkatkan efisiensi produksi pertanian di Kalbar," ucap Awang Sofian yang juga anggota DPRD Provinsi Kalbar itu.
Sarana pendukung lainnya berupa peningkatan infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan dan pencetakan sawah menjadi faktor penunjang yang sangat penting.
"Selain tentunya peningkatan industri pembenihan dan pembibitan pertanian, sekaligus peningkatan produksi sapi dengan pengembangan kawasan pengembalaan sapi dan integrasi sawit-sapi," ujar dia.
Sementara untuk aturan hukum guna mendukung pembangunan sektor pertanian, dapat berupa peraturan daerah. "Di antaranya tentang tentang mekanisme penyaluran pupuk bersubisidi dan nonsubsidi. Supaya penyaluran tepat sasaran, baik yang subsidi maupun tidak," ujarnya, menegaskan.
Aturan lainnya, menyangkut peningkatan anggaran APBN dan APBD untuk pengembangan pertanian di Kalimantan. "Serta perlunya Perda tentang penataan, penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan," ucap Awang Sofian.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Kalbar berbatasan langsung dengan Sarawak. Agar tercipta kemandirian dan kesejahteraan di perbatasan maka perlu disiapkan kawasan pertanian yang moderen," kata Ketua HKTI Provinsi Kalbar, Awang Sofian Rozali di Pontianak, Senin.
Selain itu, lanjut dia, dibutuhkan penataan regulasi pemasaran dan perdagangan hasil pertanian di wilayah perbatasan. Selama ini, kata dia, sudah berlangsung perdagangan yang sifatnya tradisional di perbatasan.
"Sehingga terbitlah aturan perjanjian perdagangan di perbatasan, dengan batas maksimal 600 ringgit Malaysia perbulan," kata Awang Sofian.
Ia mengakui, untuk mendukung perdagangan dan efisiensi, perlu dibangun pelabuhan ekspor khusus produk pertanian melalui jalur laut dan darat.
Kemudian, ketika sudah mulai berkembang, maka di sektor pertanian perlu didukung oleh industri pengolahan berbasis pertanian dan perkebunan.
"Serta, peningkatan mekanisasi pertanian untuk meningkatkan efisiensi produksi pertanian di Kalbar," ucap Awang Sofian yang juga anggota DPRD Provinsi Kalbar itu.
Sarana pendukung lainnya berupa peningkatan infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan dan pencetakan sawah menjadi faktor penunjang yang sangat penting.
"Selain tentunya peningkatan industri pembenihan dan pembibitan pertanian, sekaligus peningkatan produksi sapi dengan pengembangan kawasan pengembalaan sapi dan integrasi sawit-sapi," ujar dia.
Sementara untuk aturan hukum guna mendukung pembangunan sektor pertanian, dapat berupa peraturan daerah. "Di antaranya tentang tentang mekanisme penyaluran pupuk bersubisidi dan nonsubsidi. Supaya penyaluran tepat sasaran, baik yang subsidi maupun tidak," ujarnya, menegaskan.
Aturan lainnya, menyangkut peningkatan anggaran APBN dan APBD untuk pengembangan pertanian di Kalimantan. "Serta perlunya Perda tentang penataan, penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan," ucap Awang Sofian.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013