Yogyakarta (Antara Kalbar) - Pengecer bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium di Kota Yogyakarta memilih untuk tidak menaikkan harga jual meskipun di beberapa wilayah seperti Kabupaten Gunungkidul sudah terjadi kenaikan harga premium di tingkat pengecer.

"Harga jualnya masih tetap sama Rp5.000 per liter. Saya tidak berani menaikkan harga. Nanti justru menimbulkan persepsi lain di masyarakat," kata pengecer di Jalan Kenari Mangudi, di Yogyakarta, Rabu.

Ia pun mengatakan, stasiun pengisian bahan bakar umum tetap memberlakukan pembatasan pembelian premium yaitu maksimal 20 liter per hari dengan menunjukkan surat rekomendasi dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta.

"Sesuai surat, saya membeli premium di SPBU Jalan Wonosari. Jatah 20 liter per hari pun biasanya tidak langsung habis," katanya.

Ia mengatakan, apabila sudah ada pengumuman resmi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, akan segera membeli premium. "Jika SPBU melayani, maka saya akan membelinya. Tetapi kalau SPBU tidak melayani, saya memilih tidak berjualan saja sementara," katanya.

Hal senada dinyatakan Mujiono yang belum menaikkan harga jual premium eceran. "Memang tidak ada kenaikan harga eceran. Mencari bensin juga masih mudah asal menunjukkan rekomendasi," lanjutnya yang berjualan di Jalan Ipda Tut Harsono.

Sementara itu, Kepala SPBU Lempuyangan Hadi Prapatianto mengatakan sudah ada peningkatan permintaan premium sebesar 10 hingga 15 persen menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi.

"Penjualan premium memang mengalami kenaikan. Tetapi sejauh ini pasokan tetap lancar," katanya. Setiap hari, SPBU Lempuyangan memasok sebanyak 20 kiloliter premium.

Untuk antisipasi keamanan, pihak SPBU telah melakukan koordinasi dengan kepolisian setempat.

(Ant News)

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013