Jakarta (Antara Kalbar) - Bank Indonesia pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis memutuskan untuk memperkuat kerja sama antar bank sentral dalam hal kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Difi A Johansyah mengatakan kendati BI menilai bahwa jumlah cadangan devisa yang ada masih cukup untuk menghadapi tekanan pada neraca pembayaran, namun perlu langkah antisipatif untuk menghadapi gejolak ekonomi saat ini.

"Masih tingginya tekanan dan ketidakpastian perekonomian global ke depan memerlukan langkah-langkah antisipasi baik dengan penguatan respon bauran kebijakan maupun ketahanan dalam menghadapi gejolak eksternal, termasuk bantalan kecukupan cadangan devisa secara berlapis (second line of defense)," ujar Difi saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Dalam kaitan ini, lanjut Difi, BI telah menandatangani perpanjangan Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan sebagai agen Menteri Keuangan Jepang sebesar 12 miliar dolar AS dan berlaku efektif 31 Agustus 2013.

"Pembahasan untuk kerja sama serupa juga sedang dilakukan dengan bank-bank sentral di kawasan," kata Difi.

Cadangan devisa Indonesia kini berada level 92,67 miliar dolar AS, merupakan cadangan devisa terendah sejak November 2010 yaitu sebesar 92,75 miliar dolar AS.

Jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan 5,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.

Cadangan devisa terus mengalami penurunan akibat operasi pasar terbuka yang dilakukan oleh BI.

Menurunnya cadangan devisa juga didorong oleh pembayaran utang korporasi, pembagian dividen dalam mata uang dolar AS dan aktivitas impor dan pasokan valas dari sisi ekspor yang belum masuk.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013