Sintang (Antara Kalbar) - Tantangan Kepala Lapas Kelas II B Sintang, Pudjiono Riadi agar Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Sintang membeberkan bukti-bukti bahwa napi di Lapas Kelas II B Sintang bebas pulang ke rumah disambut oleh Direktur LIRA Kabupaten Sintang, Abdul Hadi.

Abdul Hadi menyatakan siap membeberkan bukti-bukti para napi Lapas Sintang bebas pulang ke rumah. Namun demikian, pihaknya tidak bersedia mengumbar nama-nama napi yang bebas keluar lapas di media massa. Dia juga tidak bersedia datang ke Lapas Kelas II B Sintang untuk menyampaikan bukti-bukti tersebut.

“Kalau Kalapas meminta saya datang ke kantor, saya tidak akan bersedia. Kalapas pun tidak berhak memanggil saya untuk ke kantornya. Sebab saya ini masyarakat yang pemberi sinyal tentang para napi bebas keluar lapas. Jika memang Kalapas atau pihak berwenang lainnya perlu informasi yang lebih dan bukti-bukti para napi bebas keluar lapas, silakan datang ke saya dan pasti akan saya berikan bukti-buktinya,” tegas Hadi.

Ia menegaskan jika Kalapas ingin tahu siapa-siapa nama Napi yang sering bolak balik pulang ke rumah, apa kasusnya, kapan waktunya dan pulang kemana, silakan datang ke pihaknya. “Di media massa yang hanya bisa sebutkan ada napi yang pulangnya ke seberang,” ujarnya.

Dikatakannya, mengenai para Napi juga bisa memegang handpone di dalam lapas itu juga persoalan yang sudah lama. Bahkan ada narapidana yang punya nomor Hp sampai tiga. “Saya menyampaikan ini bukan untuk mencari sensasi. Tapi karena saya prihatin, Lapas Sintang sebagai institusi dan simbol negara kok seperti itu. Rasanya malu,” tuturnya.

Ia menduga razia Hp yang dilaksanakan pihak lapas belum seratus persen, sehingga diduga masih banyak Napi yang menggunakan Hp di dalam lapas.

Abdul Hadi pun memberikan analisisnya. Dari analisisnya, terjadinya kerusuhan di dalam Lapas Kelas II B Sintang disebabkan sistem di dalam Lapas Kelas II B Sintang sudah rusak dan penyakit ini sudah menahun. “Analisis saya, kerusuhan itu disebabkan karena ada penolakan atas perbaikan sistem dan kondisi di lapas yang sedang dilakukan Kalapas. Penolakan tampaknya tidak hanya dari napi tapi juga dari orang-orang yang status quo dan menyenangi sistem yang sudah rusak tersebut,” tuturnya.

Dia mengatakan selama ini seringkali sistem yang salah dilakukan oleh banyak orang dan turun temurun akhirnya sistem tersebut dianggap benar. Sementara yang benar dianggap salah. Sehingga ada orang baru yang datang ingin memperbaiki sistem dianggap salah. “Apalagi sistem yang rusak tersebut bisa menghasilkan duit bagi orang-orang status quo,” ujarnya.

Pewarta: Tantra Nur Andi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013