Sintang (Antara Kalbar) - Sepuluh narapidana yang diduga dalang terjadinya keributan di Lapas Kelas II B Sintang telah dipindahkan ke LP Pontianak. Pemindahan napi yang tanpa sepengetahuan keluarganya, sehingga mengundang reaksi keras dari para keluarga napi tersebut.

Puluhan anggota keluarga napi mendatangi Lapas Kelas II B Sintang, Selasa (1/10). Mereka tidak terima anggota keluarganya yang berada di Lapas Sintang dipindahkan Lapas Pontianak..

“Kami tidak menentang hukum. Kami hanya minta dipertemukan dengan keluarga kami. Kalau anak kami dipindahkan harusnya ngomong,” ujar H Darma, salah satu keluarga dari napi yang dipindahkan. salah satu masyarakat Sintang ketika mendatangi Lapas Kelas II B Sintang.

Kedatangannya ke Lapas diakui H. Darma hanya untuk meminta konfirmasi Kalapas Sintang, namun sayangnya kedatangan mereka sia-sia. Kalapas Sintang tidak bisa mereka temui.

“Kami tetap akan cari dimana dia (Kalapas-red) berada. Kalau kami tidak bisa bertemu Kalapas, anak istri dia kami hantam,” teriaknya.

Ketika akan dikonfirmasi kepada Kepala Lapas Kelas II B Sintang, Pudjiono Riyadi, Kalapas belum dapat dikonfirmasi. Pesan singkat via seluler yang kami kirim juga belum mendapat tanggapan.

Berbeda dengan H. Darma, pihak keluarga napi lainnya, Yanti yang menjenguk keluarganya di Lapas Sintang, Toni Kusmadi justru membeberkan uang suap yang biasa dipungut oleh para petugas Lapas Sintang.

Dia mengaku pihaknya sering memberikan uang pada petugas lapas. “Kami masukan Hp harus bayar Rp50.000, masukan kasur bayar Rp100.000. Belum lagi kalau ijin pulang harus bayar Rp500.000. Inipun harus dikawal,” ungkapnya.

Yanti mengatakan praktek suap menyuap di Lapas Sintang sudah menjadi hal yang biasa. Sehingga apapun yang diminta oleh napi harus ada uang. “Di sini, dari dulu dikit-dikit uang,” ujarnya.

Pewarta: Tantra Nur Andi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013