Pontianak (Antara Kalbar) - Provinsi Kalimantan Barat kini memiliki pabrik pakan ikan berbahan baku maggot atau larva serangga dengan kapasitas produksi 50 ton per tahun di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalbar Gatot Rudiyono saat dihubungi di Pontianak, Rabu mengatakan dengan mengandalkan magot diharapkan biaya produksi budi daya ikan dapat ditekan.

"Karena selama ini, tingginya harga pakan dikeluhkan oleh para pembudidaya. Salah satu penyebabnya, pakan ikan harus didatangkan dari luar Kalbar," kata Gatot yang berada di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, untuk menyaksikan peresmian pabrik tersebut.

Selain biaya pengiriman yang tinggi, terkadang pembudidaya ikan mengalami keterlambatan pasokan pakan. "Harganya juga Rp15 ribu per kilogram," katanya.

Ia menjelaskan, magot diperoleh dari telur lalat hutan dengan media lumpur dan ampas sawit.

Maggot (ulat dan serangga black soldier) merupakan sumber bahan baku protein non tepung ikan yang diharapkan mampu berperan dalam mensuplai protein sesuai dengan kebutuhan ikan.

Perolehan bahan ini dapat dilakukan secara budidaya dan dapat diproduksi secara masal. Hewan ini dapat diibaratkan sebagai mesin biologis yang mampu mengeluarkan enzim alami, sehingga bahan organik yang sebelumnya susah dicerna dapat disederhanakan dan besar kemungkinan bahan tersebut dapat jadi mudah dicerna, termasuk oleh ikan (Hem, S. 2005). Selain itu, hewan sederhana ini memiliki kandungan antimikroba dan anti jamur, tidak membawa atau agen penyakit, kandungan protein cukup tinggi (30-45 persen), mengandung asam lemak esensial seperti linoleat dan inolenat, serta memiliki 10 macam asam amino essensial. Keistimewaan lainnya adalah hewan ini mampu hidup relatif cukup lama sekitar 8 minggu serta dalam pembudidayaannya tidak memerlukan teknologi tinggi.

Ampas sawit menjadi media untuk mengumpulkan telor magot. "Dengan menggunakan magot, harga pakan menjadi Rp5 ribu perkilogram. Penurunan harga pakan ini berdampak pada harga jual ikan yang juga menjadi lebih murah. Daya beli masyarakat pun meningkat," kata Gatot.

Menurut Gatot, pakan ikan berbahan baku magot tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan sesuai dengan dengan program Kementerian Kelautan dan Perikanan, yakni memanfaatkan limbah menjadi bernilai untuk masyarakat.

Ia mengakui, produksi pakan ikan itu masih jauh dari kebutuhan di Kalbar yang diperkirakan mencapai 900 ribu ton pertahun. Namun pihaknya terus mencoba untuk meningkatkan produksi pakan ikan dari bahan baku lokal.

Selama ini, kebutuhan protein pakan ikan diperoleh dari tepung ikan yang diimpor dari Vietnam. "Magot menjadi solusi untuk menekan impor tepung ikan, yang juga otomatis menghemat devisa," katanya.


T011

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013