Pontianak (Antara Kalbar) - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengakui program kawasan pangan skala luas di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, yang digarap konsorsium BUMN belum mencapai hasil yang maksimal.
"Hasil panen, masih berada di angka dua ton per hektare," kata Dahlan Iskan di sela kunjungan ke Kalbar di Pontianak, Senin.
Ia membandingkan dengan hasil panen padi di Pulau Jawa yang mampu mencapai 6 ton dalam satu hektare.
Namun ia tidak berkecil hati karena telah membaca literatur kalau untuk lahan yang baru digunakan hasilnya masih sedikit.
"Jadi tidak boleh menyerah, karena hasilnya memang seperti itu," kata dia.
Ia juga menjelaskan adanya perubahan dari PT Sang Hyang Sri selaku penggerak konsorsium ke PT Pupuk Indonesia.
"Kemampuan PT Sang Hyang Sri ternyata tidak sebesar yang diperkirakan," kata Dahlan Iskan.
Menurut dia, untuk kawasan pangan agar sukses dibutuhkan "penarik" yang lebih besar.
"PT Pupuk Indonesia labanya saja Rp5 triliun per tahun, jadi saya yakin akan lebih berhasil," ungkap Dahlan Iskan.
Sebelumnya, dana yang disiapkan mendukung kegiatan itu lebih dari Rp100 miliar. Selain Sang Hyang Sri, BUMN lain yang terlibat yakni PT Hutama Karya dan PT Indra Karya.
Hutama Karya selaku kontraktor, Indra Karya konsultan, dan Sang Hyang Sri sebagai pemanfaatan dan bisnis dari produk yang dihasilkan.
Sang Hyang Sri sebelumnya juga berfungsi untuk membantu pengelolaan dan mengorganisir petani. Kemudian, menyiapkan sarana produksi tepat waktu sekaligus membantu dalam penjualan.
Termasuk dalam penyiapan jalan, irigasi, jalan usaha tani oleh kontraktor pelaksana.
Semula target produksi minimal mencapai lima ton gabah per hektare.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Hasil panen, masih berada di angka dua ton per hektare," kata Dahlan Iskan di sela kunjungan ke Kalbar di Pontianak, Senin.
Ia membandingkan dengan hasil panen padi di Pulau Jawa yang mampu mencapai 6 ton dalam satu hektare.
Namun ia tidak berkecil hati karena telah membaca literatur kalau untuk lahan yang baru digunakan hasilnya masih sedikit.
"Jadi tidak boleh menyerah, karena hasilnya memang seperti itu," kata dia.
Ia juga menjelaskan adanya perubahan dari PT Sang Hyang Sri selaku penggerak konsorsium ke PT Pupuk Indonesia.
"Kemampuan PT Sang Hyang Sri ternyata tidak sebesar yang diperkirakan," kata Dahlan Iskan.
Menurut dia, untuk kawasan pangan agar sukses dibutuhkan "penarik" yang lebih besar.
"PT Pupuk Indonesia labanya saja Rp5 triliun per tahun, jadi saya yakin akan lebih berhasil," ungkap Dahlan Iskan.
Sebelumnya, dana yang disiapkan mendukung kegiatan itu lebih dari Rp100 miliar. Selain Sang Hyang Sri, BUMN lain yang terlibat yakni PT Hutama Karya dan PT Indra Karya.
Hutama Karya selaku kontraktor, Indra Karya konsultan, dan Sang Hyang Sri sebagai pemanfaatan dan bisnis dari produk yang dihasilkan.
Sang Hyang Sri sebelumnya juga berfungsi untuk membantu pengelolaan dan mengorganisir petani. Kemudian, menyiapkan sarana produksi tepat waktu sekaligus membantu dalam penjualan.
Termasuk dalam penyiapan jalan, irigasi, jalan usaha tani oleh kontraktor pelaksana.
Semula target produksi minimal mencapai lima ton gabah per hektare.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013