Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Siti Chadidjah Kaniawati menyatakan perlunya strategi khusus untuk mengungkap pelaku yang menewaskan seekor orangutan di Dusun Danau, Desa Peniraman, Kabupaten Pontianak.
"Karena semua warga di dusun itu kompak tidak ada yang mau ngomong sehingga harus ada strategi khusus untuk mengungkapnya," kata Siti Chadidjah Kaniawati di Pontianak, Sabtu.
Sebelumnya ditemukan seekor orangutan jantan tewas di Dusun Danau, Desa Peniraman, Kabupaten Pontianak, Selasa (22/10), yang diduga akibat kekerasan warga setempat.
Siti Chadidjah Kaniawati menjelaskan, kasus tewasnya beberapa orangutan dalam dua tahun terakhir ini, sepertinya memerlukan kerja sama antarintansi, tidak cukup hanya dilakukan oleh BKSDA dan LSM peduli orangutan, tetapi perlu dukungan dari pemerintah Provinsi Kalbar.
"Kami akan naikkan kasus tewasnya orangutan tersebut ke tingkat pemerintah provinsi, karena kami sudah tidak mampu untuk menanganinya," ungkap Siti Chadidjah Kaniawati.
BKSDA Kalbar menyimpulkan, kasus tewasnya orangutan di Peniraman karena adanya unsur kekerasan. "Dari hasil otopsi yang dilakukan, tidak ditemukan adanya penyakit atau tidak ada keluhan patologis di orang, dan secara umum, orangutan tersebut dapat dinyatakan sehat," ujarnya.
Ia melanjutkan, orangutan jantan itu mati karena adanya fraktur di tengkorak serta trauma fisik lain yang diakibatkan benda tumpul dan benda tajam saat ditangkap masyarakat.
Namun, ia menambahkan, ada tanda-tanda kalau orangutan itu pernah mengalami konflik dengan manusia sebelumnya.
"Terlihat dari adanya temuan peluru senapan angin yang merupakan luka lama dan dalam proses penyembuhan," kata Siti Chadidjah Kaniawati.
Ia melanjutkan, sebelumnya telah meminta dua dokter hewan dari Yayasan International Animal Rescue (IAR) Indonesia untuk membantu menyelamatkan orangutan malang tersebut.
"Tetapi kami mendengar kabar, satu jam sesudahnya, orangutan itu sudah mati. Jadi kami meminta untuk otopsi," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Karena semua warga di dusun itu kompak tidak ada yang mau ngomong sehingga harus ada strategi khusus untuk mengungkapnya," kata Siti Chadidjah Kaniawati di Pontianak, Sabtu.
Sebelumnya ditemukan seekor orangutan jantan tewas di Dusun Danau, Desa Peniraman, Kabupaten Pontianak, Selasa (22/10), yang diduga akibat kekerasan warga setempat.
Siti Chadidjah Kaniawati menjelaskan, kasus tewasnya beberapa orangutan dalam dua tahun terakhir ini, sepertinya memerlukan kerja sama antarintansi, tidak cukup hanya dilakukan oleh BKSDA dan LSM peduli orangutan, tetapi perlu dukungan dari pemerintah Provinsi Kalbar.
"Kami akan naikkan kasus tewasnya orangutan tersebut ke tingkat pemerintah provinsi, karena kami sudah tidak mampu untuk menanganinya," ungkap Siti Chadidjah Kaniawati.
BKSDA Kalbar menyimpulkan, kasus tewasnya orangutan di Peniraman karena adanya unsur kekerasan. "Dari hasil otopsi yang dilakukan, tidak ditemukan adanya penyakit atau tidak ada keluhan patologis di orang, dan secara umum, orangutan tersebut dapat dinyatakan sehat," ujarnya.
Ia melanjutkan, orangutan jantan itu mati karena adanya fraktur di tengkorak serta trauma fisik lain yang diakibatkan benda tumpul dan benda tajam saat ditangkap masyarakat.
Namun, ia menambahkan, ada tanda-tanda kalau orangutan itu pernah mengalami konflik dengan manusia sebelumnya.
"Terlihat dari adanya temuan peluru senapan angin yang merupakan luka lama dan dalam proses penyembuhan," kata Siti Chadidjah Kaniawati.
Ia melanjutkan, sebelumnya telah meminta dua dokter hewan dari Yayasan International Animal Rescue (IAR) Indonesia untuk membantu menyelamatkan orangutan malang tersebut.
"Tetapi kami mendengar kabar, satu jam sesudahnya, orangutan itu sudah mati. Jadi kami meminta untuk otopsi," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013